Perusahaan besar seperti Bank Central Asia dan Bank Rakyat Indonesia mengembangkan bank digital. Sedangkan teknologi finansial pembiayaan atau fintech lending gencar menggaet Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pada tahun lalu, beberapa fintech lending menggaet bank besar. Akseleran, misalnya, menggandeng Bank Mandiri dan BCA. Strategi ini diterapkan juga oleh Investree, Modal Rakyat, dan Modalku.
Namun, beberapa bank mulai mengkaji bisnis bank digital tahun ini. BCA masuk lewat Bank Digital BCA. Sedangkan BRI mengkaji layanan ini melalui BRI Agro.
Selain itu, Bank Jago yang didukung oleh Gojek berfokus menjadi bank digital. Kemudian, induk Shopee, Sea Group berinvestasi di Bank Kesejahteraan Ekonomi yang kini bernama SeaBank.
Grab juga dikabarkan tertarik untuk masuk ke Bank Capital. Di tengah maraknya bank digital di Tanah Air, fintech lending gencar menggaet BPR.
Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, BPR saat ini menjadi mitra penting fintech lending. Sebab, BPR membantu dalam memperluas jaringan pemasaran.
Kolaborasi fintech lending dan BPR juga dinilai menguntungkan kedua pihak. "BPR dapat berperan sebagai pemberi pinjaman, sementara fintech lending bisa menerapkan teknologi untuk penilaian kredit," kata Taufan kepada Katadata.co.id, Jumat (26/2).
Salah satu fintech lending yang mengumumkan kerja samanya dengan BPR yakni Akulaku. Startup ini menggaet BPR Supra Artapersada, BPR Naribi Perkasa, BPR Ciledug Dhana Semesta, dan BPR Rama Ganda pada Senin lalu (22/2).
Modal Rakyat juga berkolaborasi dengan BPR Masyarakat Mandiri atau dikenal dengan Bank MM pada akhir minggu lalu (16/2). Melalui kolaborasi ini, Bank MM berkomitmen menyalurkan pembiayaan melalui Modal Rakyat.
Pembiayaan tersebut akan difokuskan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terdaftar di Modal Rakyat. Penyalurannya Rp 100 juta hingga Rp 2 Miliar, dengan durasi pinjaman satu sampai enam bulan.
Secara keseluruhan, fintech lending memang gencar menggaet bank sejak tahun lalu. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menunjukkan, porsi pemberi pinjaman atau lender insitusi terus meningkat sejak Januari hingga September.
Secara berurutan, angkanya yakni 0,2%; 0,21%; 0,21%; 0,21%; 0,21%; 0,22%; 0,22%, 0,33%, dan 0,34% dibandingkan total.
Pada Oktober, porsi lender institusi melonjak menjadi 0,75%. Lalu naik lagi menjadi 1,1% pada November 2020.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan, porsi lender institusi di fintech lending terus meningkat. "Bahkan bisa mencapai 2-5% pada 2021," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (25/2). "Ini karena ada keuntungan bersama.”
Di satu sisi, beberapa bank nasional yang memiliki layanan digital sendiri dan mencatatkan peningkatan transaksi di platform pada tahun lalu. Dalam laporan keuangan, BCA mencatatkan peningkatan transaksi digital sepanjang tahun lalu. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik di bawah ini:
Lalu BRI memiliki tiga layanan digital yaitu Agen BRILink, BRI mo, dan BRI Spot. Agen BRILink merupakan perluasan layanan perbankan tanpa kantor. Mereka melayani transaksi keuangan kepada masyarakat secara real time online menggunakan mesin EDC atau aplikasi.
Jumlah agen naik 19,44% menjadi 504.233. Volume dan nilai transaksi naik 39,6% menjadi menjadi 728 juta kali, dan nilainya meningkat 25,4% menjadi Rp 843 triliun. Lalu, fee based income melonjak 47%.
Sedangkan volume transaksi mobile banking BRI mo naik 660,5% yoy menjadi Rp 765,8 juta kali. Internet banking meningkat 132,2% menjadi 2,7 miliar kali dan ATM naik 0,6% menjadi 3,75 miliar.
Kemudian BNI mencatatkan kenaikan transaksi pada layanan mobile banking. Jumlah pengguna, nilai dan volume transaksi masing-masing naik 59,6%, 47,6%, dan 49,9%. Secara rinci dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Selain itu, bank lain seperti OCBC NISP membuat aplikasi Nyala. Lalu UOB Indonesia membangun TMRW.
Pada 2016, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) membuat layanan digital Jenius. Kemudian, Bank DBS Indonesia mengembangkan digibank, Bank Commonwealth lewat Tyme Digital, dan Bank Bukopin membangun platform Wokee.
The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:
Reimagining Indonesia’s Future
Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!