Susul Tiongkok & India, Inggris Akan Buat Mata Uang Digital Britcoin

ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Nicholson/WSJ/dj
Seorang anggota Penjaga Ratu terlihat berada di depan Istana Buckingham setelah Pangeran Inggris Philip, suami dari Ratu Elizabeth, meninggal dunia pada usia 99 tahun, di London, Inggris, Kamis (15/4/2021).
20/4/2021, 11.34 WIB

Pemerintah Inggris berencana membuat mata uang digital bernama britcoin. Tiongkok dan India lebih dulu mengembangkan Central Bank Digital Currency (CBDC).

Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak meminta bank sentral Inggris atau Bank of England (BoE) untuk mempertimbangkan pembuatan britcoin. Tujuannya, mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh mata uang kripto (cryptocurrency) seperti bitcoin dan dogecoin. 

Namun ia tidak memerinci tantangan yang dimaksud. Ia hanya menjelaskan bahwa birtcoin memungkinkan pelaku usaha dan konsumen memiliki rekening langsung dibank, serta menghindari adanya pihak lain saat bertransaksi.

Dengan begitu, mata uang digital tersebut mampu meningkatkan peran pemberi pinjaman dalam sistem keuangan.

Pemerintah Inggris pun sudah meluncurkan gugus tugas di departemen keuangan dan BoE. "Tujuannya, mengoordinasikan pekerjaan terkait eksplorasi mata uang digital," kata Sunak dikutip dari Reuters, Senin (19/4).

Sebelumnya, Gubernur BoE Andrew Bailey menilai bahwa cryptocurrency seperti bitcoin gagal bertindak sebagai penyimpan nilai yang stabil atau cara efisien untuk bertransaksi. Alhasil, bitcoin dianggap tidak cocok untuk dijadikan sebagai mata uang.

Oleh karena itu, muncul wacana membuat britcoin. BoE mengatakan bahwa britcoin tidak akan menggantikan uang tunai fisik atau rekening bank yang ada.

Sebelumnya, bank sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBOC) juga mengembangkan mata uang digital yuan. Sedangkan India tengah mengkaji kebijakan pembuatan mata uang digital resmi oleh bank sentral India atau Reserve Bank of India (RBI).

Mata uang digital yang dikembangkan oleh bank sentral Tiongkok, India, dan Inggris itu berbeda dengan cryptocurrency. CBDC diterbitkan dan dikendalikan oleh bank sentral.

Ketika bank sentral menambah jumlah uang yang beredar, maka nilainya akan menurun. Artinya, daya beli pemegang mata uang fiat juga berkurang.

Meski begitu, pergerakannya stabil karena dikendalikan oleh bank sentral. Pengendalian utamanya bertujuan menggerakkan roda perekonomian.

Jumlah bitcoin juga dibatasi guna menjaga pergerakan nilai. Ada pengurangan pasokan (halving day) setiap empat tahun sekali. Bitcoin reward halving adalah mekanisme baku pada sistem blockchain untuk mengendalikan jumlah koin yang tercipta di setiap 210 ribu blok per 10 menit.

Halving day pertama pada 2012, yakni penambang (miners) hanya bisa menambang 25 bitcoin per 10 menit. Lalu pada 2016 menjadi 12,5 koin. Setahun setelah periode pengurangan pasokan ini, harga bitcoin melesat hingga menyentuh rekor US$ 20 ribu pada Desember 2017.

Meski begitu, harga bitcoin bergerak fluktuatif karena adanya spekulan. Selain itu, tidak semua mata uang kripto menerapkan pembatasan jumlah. Ethereum misalnya, pasokannya tak dibatasi.

Oleh karena itu, beberapa bank sentral menganggap bahwa nilai mata uang kripto tidak stabil, sehingga berisiko jika digunakan untuk bertransaksi.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan