Arus keluar bitcoin mencapai US$ 21 juta atau sekitar Rp 304 miliar sepanjang pekan lalu. Ini merupakan aksi jual mingguan terbesar, berdasarkan data CoinShares.

Sedangkan arus masuk pada pekan lalu hanya US$ 1,3 juta atau Rp 18,8 miliar. Ini aksi beli mingguan yang terendah sejak Oktober 2020.

CoinShares mencatat, arus keluar bitcoin minggu lalu setara 0,05% dari aset mata uang kripto (cryptocurrency) yang dikelola. Sedangkan arus masuk mingguan tahun ini rata-rata 0,6%.

Total aset yang dikelola pun turun dari US$ 64,2 miliar pada pertengahan April menjadi US$ 54,3 miliar minggu lalu.

"Kami melihat investor mengalihkan dana dari bitcoin, di tengah beberapa perkembangan istimewa minggu lalu, termasuk pemadaman listrik sementara di kiblat pertambangan di Xinjiang, Tiongkok" kata Kepala Riset Pasar Global di Forex.com dan City Index Matt Weller dikutip dari Reuters, Selasa (27/4).

Pekan lalu memang terjadi pemadaman listrik di Xinjiang, Shanxi, dan Guizhou. Pusat data di Xinjiang, termasuk penambangan bitcoin, harus ditutup karena listrik padam.

Harga bitcoin pun sempat jatuh ke level US$ 47.467,91 pada akhir pekan lalu (23/4). Ini merupakan nilai terendah sejak Maret 2021. Harga mata uang kripto ini anjlok 11,3% sepanjang pekan lalu atau hampir 25% dibandingkan pertengahan April.

Pekan ini, harga bitcoin mulai meningkat. Berdasarkan data Coindesk, harganya sempat menyentuh US$ 54.028 pada Siang ini (27/4).

Sedangkan arus masuk atau aksi beli ethereum mencapai US$ 34 juta pada pekan lalu. Sepanjang tahun ini, arus masuk mencapai US$ 792 juta, atau 8% dari total dana kelolaan.

"Investor aset kripto terus mengakumulasi ethereum saat peluncuran EIP-1559 Juli yang sangat ditunggu-tunggu. Ini akan memotong pasokan baru ethereum secara dramatis," kata Weller.

Grayscale tetap menjadi pengelola mata uang digital terbesar, dengan aset US$ 41 miliar per 23 April. Sedangkan CoinShares menempati urutan kedua, yang mengawasi dana sekitar US$ 5,2 miliar per pertengahan bulan ini.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan