Bank Indonesia (BI) mencatat, banyak anak muda yang tertarik berinvestasi selama pandemi corona. Namun BI khawatir generasi muda Indonesia rentan terjerat investasi bodong, mengingat literasi keuangan yang rendah.
Direktur Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan mengatakan, transaksi uang elektronik, e-commerce, dan perbankan digital meningkat selama pandemi Covod-19. Salah satu faktor pendorongnya yakni transaksi generasi muda.
Nilai transaksi e-commerce meningkat 63,36% secara tahunan (year on year/yoy) per semester I. Sedangkan uang elektronik naik 41,01% dan bank digital 39,39%.
Selain itu, jumlah investor pasar modal didominasi usia di bawah 30 tahun, berdasarkan data Single Investor Identification (SID). Kelompok umur ini mencapai 1,46 juta orang atau 46,75% dari total 3,14 juta per Agustus.
Namun peningkatan jumlah investor generasi muda dan transaksinya tak diimbangi dengan literasi keuangan. Hasil Survei Nasional 2019 menunjukkan, tingkat literasi keuangan masyarakat usia 15 – 17 tahun hanya 16%.
"Masih kurang paham terkait investasi. Ada kekhawatiran mudah teperdaya investasi ilegal," ujar Junanto saat konferensi pers virtual bertajuk ‘Jangan Cuma Melek Teknologi, Gopay Ajak Anak Muda Melek Keuangan’, Rabu (28/7).
Menurut dia, ada banyak anak muda yang mudah diiming-imingi keuntungan investasi besar dan mudah. Namun risiko dan legalitas layanan investasi tidak diperhatikan. "Ada potensi marak shadow banking," katanya.
Shadow banking adalah kegiatan menghimpun dana, investasi, dan pinjaman yang tidak diawasi oleh otoritas.
BI pun menyiapkan beberapa strategi agar literasi keuangan generasi muda meningkat dan terhindar jeratan investasi bodong. Salah satunya, membuat cetak biru atau blue print sistem pembayaran Indonesia untuk mengimbangi tren transaksi digital yang digandrungi anak muda.
Selain itu, gencar mengedukasi generasi muda. "Pemahaman produk finansial perlu ditingkatkan," katanya.
BI juga membuat sistem pelaporan dan data penyelenggara layanan keuangan yang mudah diakses. "Segera hubungi BI. Bisa tahu investasi itu benar atau tidak?" ujarnya.
Founder Finansialku Melvin Mumpuni menambahkan, banyak anak muda yang mengenal investasi dari media sosial atau influencer. Alhasil, mereka menjadi terlalu percaya diri untuk berinvestasi tanpa perhitungan.
"Bahkan, investasi yang tidak diregulasi pemerintah pun dijajaki," katanya. Ia menyarankan generasi muda memastikan legalitas layanan atau penawaran sebelum berinvestasi.
Menyadari kerentanan tersebut, perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran GoPay membuat program FinanSiap. Ini menjadi wadah edukasi keuangan khusus anak muda.
Anak usaha Gojek itu menggandeng berbagai figur publik dan perencana keuangan untuk mengisi materi di kelas virtual.