Beberapa startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) seperti Modalku, Cicil, dan Amartha kini menyasar warung. Ini bertujuan menggenjot penyaluran kredit di tengah pandemi corona.
Modalku menggaet startup digitalisasi warung, BukuWarung. Fintech lending ini akan menyediakan akses pembiayaan bagi 6,5 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), termasuk mitra warung BukuWarung.
Warung dapat memanfaatkan pinjaman tanpa agunan hingga Rp 100 juta dengan tenor sampai 30 hari. Warung bisa menggunakan kredit ini untuk modal usaha atau keperluan bisnis lain, seperti menambah stok barang, membeli perlengkapan usaha, menyewa lokasi usaha, ataupun biaya pemasaran.
Berdasarkan survei internal bertajuk ‘Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan Fintech P2P Lending’, 50% dari 350 responden, yang merupakan pelaku usaha mikro, mengalami hambatan ketika mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan konvensional seperti bank.
"Maka, kolaborasi ini dapat menjadi salah satu solusi dari tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM, termasuk warung. Selain itu, bermanfaat untuk kemajuan bisnis," kata Co-Founder sekaligus COO Modalku Iwan Kurniawan dalam siaran pers, Kamis (9/9).
Hingga saat ini, Grup Modalku menyalurkan pinjaman usaha Rp 25,6 triliun kepada UMKM. Ada lebih dari 4,7 juta transaksi pembiayaan ke pelaku usaha di platform.
Fintech lending lainnya, Cicil juga menyasar warung lewat kolaborasi dengan Warung Pintar Group. Kerja sama keduanya menghasilkan pengembangan produk keuangan di platform Warung Pintar, yakni Bon Pintar.
Produk tersebut menyasar mitra Warung Pintar. Tujuannya, memberikan akses pinjaman guna meningkatkan produktivitas bisnis mereka.
Produk Bon Pintar juga menjadi pilihan metode pembayaran di Warung Pintar. Pemilik warung dapat membeli barang, sementara pembayaran kemudian.
"Bon Pintar dapat mendukung perkembangan ekonomi dari mitra warung," ujar Direktur Cicil Edward Widjonarko dalam siaran pers, pada Agustus (26/9).
Startup fintech lending Amartha juga menyasar warung. Chief Commercial Officer Amartha Hadi Wenas mengatakan, perusahaan menyediakan dua layanan untuk warung di aplikasi khusus yakni Amartha Plus.
Pertama, Warung Loan Mitra untuk pembayaran listrik, pulsa hingga stok belanja bagi mitra. Kedua, Warung Loan Non-mitra.
Amartha bekerja sama dengan jaringan warung Sampoerna Ritel Community (SRC) untuk memberikan opsi pembayaran terintegrasi. Amartha juga memberikan modal berupa barang atau suplai kebutuhan warung.
Kedua layanan itu tersedia sejak Juni. Saat ini, layanan untuk non-mitra tersedia di Jawa Timur dan Sumatera Barat.
Kemudian, AwanTunai yang menyediakan layanan digitalisasi persediaan serta manajemen bagi pedagang grosir dan warung. Fintech lending ini juga menghadirkan pembiayaan pembelian persediaan kepada pemasok fast moving consumer goods (FMCG).
Ada juga Modal Rakyat menyediakan produk pembiayaan bernama Modal Mikro. Ini fasilitas pinjaman berbasis agen yang biasanya dilakukan oleh warung kelontong dan pedagang pulsa.
Para penyelenggara fintech lending tersebut menyasar segmen warung, karena potensinya besar. Riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di toko kelontong.
Perusahaan sekuritas CLSA juga mencatat, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung sekitar 10-20% yakni US$ 2 per pelanggan atau kurang dari Rp 30.000. Bianya lebih murah dibandingkan cara umum.