Sejumlah konglomerat seperti Astra Group, Elang Mahkota Teknologi (Emtek) hingga Grup Salim gencar merambah layanan teknologi finansial (fintech) pembayaran. Langkah ini dinilai untuk membidik konsumen milenial dan generasi Z atau gen Z.
Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan, transaksi fintech pembayaran salah satu yang melonjak saat pandemi corona. Ini menjadi peluang bagi Astra Group, Emtek, Grup Salim hingga Djarum.
“Perusahaan-perusahaan besar itu juga melihat ada potensi keuntungan yang relatif jumbo di industri fintech pembayaran,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, Jumat (17/9).
Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi uang elektronik Rp 25,4 triliun pada Juli. Nilainya meningkat 57,7% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu Rp 16 triliun.
Masuknya konglomerat ke fintech pembayaran juga menjadi cara untuk membidik konsumen milenial dan gen Z. Riset IPSOS Indonesia menunjukkan, milenial mendominasi penggunaan dompet digital.
Mereka juga merupakan konsumen loyal. Mereka bakal tetap menggunakan dompet digital meski tanpa iming-iming promosi.
Alasan lainnya, konglomerat merambah fintech pembayaran untuk memudahkan integrasi dengan layanan lain. "Jadi baik perbankan atau multifinance akan masuk ke teknologi sistem keuangan atau fintech," katanya.
“Mereka harus bisa beradaptasi dengan zaman digitalisasi. Ini supaya mereka tidak terdisrupsi dengan teknologi yang ada,” kata dia.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani juga mengatakan, platform fintech pembayaran memberikan manfaat bagi konglomerat. "Akan memberikan kemudahan bagi pelanggan. Selain itu, sebagai kontrol dan kecepatan settlement," katanya.
Berikut rincian konglomerat yang merambah bisnis fintech pembayaran, baik lewat investasi ke startup maupun membuat platform sendiri:
1. Astra Group
Konglomerat ini meluncurkan platform fintech pembayaran, AstraPay pada Rabu (15/9). Direktur Astra International Suparno Djasmin mengatakan, kehadiran AstraPay merupakan bentuk peningkatan layanan.
"Kami terus berinovasi menyediakan berbagai layanan kepada konsumen," kata Suparno dalam acara peluncuran AstraPay, Rabu (15/9).
AstraPay mengandalkan jaringan ekosistem yang luas untuk bersaing dengan fintech lain. Platform ini pun sudah mempunyai 2,3 juta pengguna terdaftar. "Dari hari ke hari terus tumbuh," kata Suparno.
Sebelumnya, Astra International menggelontorkan Rp 195,53 miliar untuk menambah modal di perusahaan fintech Astra Digital Arta (ADA). Astra Digital Arta merupakan pengelola aplikasi dompet digital AstraPay.
Astra juga berinvestasi secara tidak langsung ke fintech pembayaran lain yakni GoPay, lewat Gojek. Konglomerat ini berinvestasi di decacorn sejak 2018. Saat itu, valuasi Gojek masih sekitar US$3 - US$5 miliar.
Kini, Gojek bergabung dengan Tokopedia dan membentuk entitas baru bernama ‘GoTo’. Valuasinya sebagai berikut:
2. Emtek
Konglomerat ini gencar berinvestasi ke startup, termasuk fintech pembayaran. Emtek mengakuisisi lebih dari 50% saham Nusa Satu Inti Artha, pemilik DOKU, pada akhir 2016.
Emtek juga mengakuisisi 90% saham Espay Debit Indonesia Koe (Espay) pada 2017. Setahun kemudian Ant Financial (Alipay) dan Emtek meluncurkan aplikasi fintech pembayaran DANA.
Perusahaan besar itu juga secara tidak langsung berinvestasi ke fintech pembayaran OVO lewat Grab. Emtek membeli 3,2% saham Grab Teknologi Indonesia senilai Rp 3,08 triliun. Konglomerat ini pun memiliki 2,68% saham di decacorn asal Singapura itu.
3. Djarum Group
Djarum berinvestasi secara tidak langsung terhadap platform fintech pembayaran GoPay melalui Gojek. Perusahaan modal ventura milik Grup Djarum, Global Digital Prima (GDP) Ventures menjadi investor Gojek sejak 2018.
Konglomerat itu juga dikabarkan terlibat dalam penawaran investasi swasta pada ekuitas publik atau private investment in public equity (PIPE) IPO Grab dan Altimeter Growth. Sedangkan Grab memiliki saham di OVO.
Djarum juga berinvestasi pada layanan pembayaran digital Kaspay milik komunikasi online Kaskus. Djarum melalui anak usahanya, GDP bermitra dengan Kaskus.
4. Lippo
Konglomerat ini berinvestasi di OVO. Namun, Lippo menyatakan telah menjual dua pertiga saham di fintech bernuansa ungu ini pada akhir 2019.
5. Grup Salim
Konglomerat ini berinvestasi di Inti Dunia Sukses yang menjadi pengembang aplikasi mobile e-money i.Saku. Pengembang aplikasi itu menjadi bagian dari Grup Salim melalui Indoritel, yang menaungi gerai retail Indomaret.
Inti Dunia Sukses juga tercatat sebagai pemegang lisensi penerbit uang elektronik di Bank Indonesia (BI) per 10 Oktober 2017. Aplikasi i.Saku sudah tersedia di iOS dan Android.
Aplikasi itu dapat digunakan untuk berbagai transaksi, termasuk setor tunai, belanja, maupun tarik saldo dengan basis token. Semua transaksi bisa dilakukan melalui sekitar 14 ribu gerai Indomaret di Indonesia.
Grup Salim juga menjadi pemilik startup digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Youtap. Kini, Youtap memiliki 150 ribu mitra skala enterprise besar maupun UMKM.