Grab meningkatkan kepemilikan saham di OVO. Meski begitu, layanan startup teknologi finansial (fintech) bernuansa ungu ini tetap tersedia di ekosistem Tokopedia dan Grup Lippo.
“Telah disepakati, OVO akan tetap hadir sebagai salah satu metode pembayaran di ekosistem Tokopedia dan Grup Lippo,” kata perusahaan dalam keterangan resmi yang diterima Katadata.co.id, Selasa (5/10). “Kami berterima kasih atas dukungan keduanya selama ini.”
OVO menyampaikan, perubahan struktur kepemilikan merupakan hal yang wajar dalam perjalanan perusahaan teknologi. Sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan Bank Indonesia (BI), saat ini manajemen aktif berkonsultasi dan berkoordinasi sesuai arahan BI.
Itu agar restrukturisasi yang sedang dilakukan oleh perusahaan selaras dengan peraturan BI dan regulasi lainnya. “Selanjutnya, OVO bersama dengan Grab menegaskan komitmen penuh kepada BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah untuk terus mendukung dan mengembangkan bisnis ke depan,” katanya.
OVO menyampaikan akan ada sejumlah investor lokal yang masuk. Namun, perusahaan tidak memerinci nama maupun jumlah penanam modal dalam negeri yang bakal berinvestasi.
Fintech itu juga tidak memerinci saham investor mana yang dibeli oleh Grab. Sedangkan tiga sumber Reuters mengatakan, decacorn Singapura ini membeli saham OVO dari Grup Lippo dan Tokopedia.
DealStreetAsia sebelumnya melaporkan bahwa Tokopedia mempunyai 36,1% saham di induk OVO, Bumi Cakrawala Perkasa (BCP). Grab yang berbasis di Singapura merupakan pemegang saham terbesar yang memegang 39,2%.
Grup Lippo memegang 7,2% saham di BCP melalui dua anak usaha yakni Inti Anugrah Pratama dan Pima Ecommerce Global. Pemegang saham lainnya yaitu Tokyo Century Corporation yang memiliki 7,5% di BCP.
Lalu Wahana Inovasi Lestari yang dimiliki oleh pemilik Tokopedia Leontinus Alpha Edison dan William Taruwijaya, mempunyai 5% di BCP.
Namun BI tidak mengizinkan perusahaan menjadi pemegang saham pengendali di lebih dari satu fintech pembayaran. Sedangkan Gojek mempunyai GoPay.
Kebijakan itu dinilai menjadi alasan bagi Tokopedia untuk mengkaji divestasi saham OVO.
Bulan lalu, DealStreetAsia melaporkan bahwa GoTo dikabarkan akan memperpanjang masa penutupan putaran pendanaan (closing fund raising) sebelum mencatatkan penawaran saham perdana ke publik atau pre-IPO. Salah satu alasannya, karena ingin menyelesaikan divestasi saham OVO dari Tokopedia kepada Grab dan Emtek Group.
Sumber DealStreetAsia mengatakan, proses divestasi antara pemegang saham OVO dan Emtek Group telah mencapai kesepakatan. Rencananya akan diumumkan dalam waktu dekat.
Katadata.co.id sudah mengonfirmasi kabar tersebut kepada Gojek. Namun belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.
Sedangkan OVO enggan berkomentar. "Kami tidak dapat menanggapi rumor dan spekulasi di pasar," kata Head of Corporate Communications OVO Harumi Supit, bulan lalu (15/9).
Di luar rumor tersebut, kinerja bisnis OVO moncer di tengah pandemi corona. Fintech ini mencatatkan kenaikan transaksi merchant online 76% selama semester pertama.
Layanan OVO tersedia di lebih dari 430 kota dan kabupaten. Fintech ini juga menggaet lebih dari satu juta merchant yang terhubung dengan standar kode quick response atau QRIS.
“Selain itu, OVO banyak menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan besar yang semuanya saling terhubungi melalui platform,” ujar Harumi.
Berdasarkan riset Kadence baru-baru ini, OVO meraih 96% tingkat kesadaran merek di Indonesia. Studi CORE Indonesia juga menunjukkan, 84% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyatakan terbantu dan transaksi cenderung meningkat setelah bergabung dengan OVO.
Perusahaan venture builder asal Singapura, Momentum Works mencatat bahwa Tokopedia mulai mengambil tindakan untuk tidak memprioritaskan OVO. Salah satunya, mengganti poin loyalitas OVO dengan milik sendiri yakni Tokocash.