Harga Kripto Anjlok, Tesla hingga Bandar Terbesar Bitcoin Rugi Rp100 T

Katadata
Ilustrasi bitcoin
Penulis: Desy Setyowati
31/1/2022, 12.52 WIB

Kapitalisasi pasar bitcoin anjlok US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp 20.153 triliun sejak harga aset kripto ini di level tertinggi pada November 2021. Perusahaan publik, termasuk Tesla dan MicroStrategy pun merugi hampir US$ 7 miliar atau Rp 100,7 triliun, menurut analisis CoinGecko.

Quartz melaporkan, ada 27 perusahaan publik yang memegang bitcoin di neraca keuangan. Ada dua emiten yang paling banyak memiliki aset kripto jenis ini, yakni Tesla dan MicroStrategy.

Keduanya secara kolektif memiliki sekitar 169 ribu bitcoin atau hampir 78% dari total yang dimiliki oleh perusahaan publik. Pengembang perangkat lunak, MicroStrategy merupakan bandar terbesar dengan 121 ribu bitcoin atau setara US$ 3,5 miliar.

Pendiri sekaligus CEO MicroStrategy Michael Saylor secara pribadi juga berinvestasi di mata uang digital. Ia memegang setidaknya US$ 866 juta bitcoin, menurut Business Insider.

Meski harga bitcoin anjlok, MicroStrategy tidak berniat untuk mundur dari taruhan. “Strategi kami atas bitcoin adalah membeli dan menahan. Sejauh memiliki arus kas berlebih atau menemukan cara lain untuk mengumpulkan uang, kami terus memasukkannya ke bitcoin,” kata CFO MicroStrategy Phong Le kepada Wall Street Journal, Minggu (30/1).

Perusahaan itu menilai bahwa bitcoin akan menjadi investasi jangka panjang yang lebih aman untuk menyimpan kepemilikan daripada dolar Amerika Serikat (AS).

“[Saya] berinvestasi dalam cryptocurrency tidak hanya akan memberikan lindung nilai yang wajar terhadap inflasi, tetapi juga prospek mendapatkan pengembalian lebih tinggi ketimbang investasi lainnya,” ujar MicroStrategy menjelaskan dalam pernyataan pada Agustus 2020, saat pertama kali membeli bitcoin.

Tesla juga mempertahankan kepemilikan aset kripto. Dalam laporan pendapatan kuartal IV dirilis pada Rabu (26/1), perusahaan mengungkapkan bahwa mereka tidak menjual bitcoin selama ‘crypto winter’.

Produsen model listrik itu memegang US$ 1,26 miliar bitcoin.

Emiten lain yang memiliki bitcoin dalam jumlah besar yakni perusahaan pembayaran digital Square (8.027), platform pertukaran cryptocurrency Coinbase (4.483), dan penerbit video game Korea Selatan Nexon (1.717).

Fortune melaporkan, Square Inc. yang dipimpin oleh mantan pendiri Twitter Jack Dorsey kemungkinan akan mundur dari kepemilikan kripto. Setelah membukukan kerugian US$ 20 juta atas investasi US$ 220 juta, perusahaan mengumumkan ‘tidak ada rencana’ untuk pembelian baru.

Pada Maret 2021, CFO Square Amrita Ahuja mengatakan kepada Sheryl Estrada dari Fortune bahwa "benar-benar ada kasus untuk setiap neraca untuk kepemilikan bitcoin di dalamnya."

Perusahaan seperti MicroStrategy dan Tesla masuk ke investasi bitcoin lebih awal, ketika harganya relatif rendah. Sedangkan Square membeli pada Mei 2021, ketika harganya hampir US$ 60 ribu.

Berdasarkan data Coindesk, harga bitcoin US$ 36.988 per koin pada Pukul 12.44 WIB hari ini (31/1).

Nexon juga membukukan kerugian kripto dalam jumlah besar setelah menginvestasikan US$ 100 juta pada April 2021. Perusahaan berinvestasi sekitar sebulan sebelum penurunan harga bitcoin.

“Dalam lingkungan ekonomi saat ini, kami percaya bahwa bitcoin menawarkan stabilitas dan likuiditas jangka panjang sambil mempertahankan nilai uang tunai untuk investasi masa depan,” kata CEO Nexon Owen Mahoney dalam pernyataan pers, pada awal tahun lalu.

Sedangkan beberapa perusahaan yang bersumpah untuk tidak membeli aset kripto mengungkapkan keprihatinan atas volatilitas cryptocurrency, termasuk bitcoin.

“Kami umumnya tertarik pada keamanan dan likuiditas untuk menjalankan bisnis. Bitcoin masih terlalu fluktuatif dan spekulatif. Jadi saya pikir, akan butuh waktu sangat lama sebelum bitcoin menjadi mata uang fungsional bagi kami,” ujar CFO PepsiCo Hugh Johnston kepada CNBC SquawkBox pada Oktober 2021.