Sinar Mas berlolaborasi dengan DANA untuk memperkuat sistem pembayaran mulai dari bidang sekuritas hingga properti. Kolaborasi antara DANA dan Sinar Mas itu nantinya akan mengandalkan kapabilitas yang dimiliki oleh masing-masing industri dan diharapkan mampu mempercepat literasi digital serta inklusi keuangan di Tanah Air.
"Semangat kolaborasi yang diinisiasi DANA dan Sinar Mas pada sektor telekomunikasi, layanan keuangan digital, serta properti, merupakan langkah awal kami untuk pengembangan ekonomi digital lintas industri, ” kata CEO DANA Indonesia Vince Iswara dalam acara bertajuk "Semangat Kolaborasi: Akselerasi Ekonomi Digital Indonesia" di Jakarta Pusat, Kamis (25/8).
Dia mengatakan, DANA akan meningkatkan dan memperluas layanan keuangan berbasis gaya hidup dan masuk ke dalam ekosistem bisnis milik Sinar Mas seperti menggandeng Smartfren di bidang telekomunikasi, lalu ada juga Sinar Mas Multiartha di bidang keuangan, dan tentunya Sinarmas Land di bidang properti.
Baik DANA dan Sinar Mas keduanya mengklaim akan menjaga komitmen kolaborasi tersebut untuk membuka lebih luas akses keuangan digital sehingga semakin dekat dan inklusif bagi masyarakat.
Chief Digital Tech Ecosystem and Development Sinarmas Land, Irawan Harahap, mengatakan kolaborasi dengan Dana akan memperkaya ekosistem digital perusahaan. Ia berharap kolaborasi dengan Dana akan memberi dampak yang besar.
"Tidak hanya pada township dan proyek pengembangan Sinar Mas Land, tetapi juga ke ekonomi nasional," katanya.
Chief Transformation Officer Sinar Mas Land, Mulyawan Gani, mengatakan akan mendorong Dana untuk mendukung transaksi pembayaran digital, mulai dari warga, UMKM, hingga ritel besar. Kolaborasi lainnya juga akan dilakukan oleh Sinar Mas dengan Dana ke proyek-proyek inovasi lainnya dalam ekosistem Sinar Mas Land.
"Kami akan mengintegrasikan pembayaran digital township yang kami kembangkan, sehingga pelayanan warga lebih efisien dan nyaman," kata Gani.
Menurut laporan Status Literasi Digital di Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC), layanan keuangan digital masih kalah populer ketimbang layanan konvensional. Laporan tersebut mencatat, dari 10 ribu responden yang disurvei, sebanyak 73,5% sudah menggunakan layanan keuangan berupa Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan 73,1% menggunakan rekening bank.
Sedangkan yang menggunakan dompet digital baru 65,4% dan pengguna layanan keuangan digital lainnya lebih rendah lagi, seperti pengguna mobile banking yang hanya 13,3% dan internet banking 7,7%.
Survei ini dilakukan terhadap 10.000 responden yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. Responden merupakan anggota rumah tangga berusia 13-70 tahun dan pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir.