Riset Kredivo & KIC: E-Commerce Jadi Pilihan, Paylater Makin Diminati

Kredivo
Dari kanan ke kiri: Direktur KIC Adek M. Roza, Direktur CELIOS Bhima Yudhistira, dan SVP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengisi diskusi saat peluncuran laporan “Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia 2022” di Jakarta pada Rabu (14/6/2023).
Penulis: Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
14/6/2023, 20.55 WIB

Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC) kembali meluncurkan riset tahunannya bertema Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia. Riset ke-4 tersebut memanfaatkan 22 juta sampel transaksi yang berasal dari 2,2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 provinsi pada enam e-commerce selama Januari hingga Desember 2022.

Riset tersebut menemukan bahwa tren berbelanja menggunakan e-commerce sepanjang 2022 meningkat dibanding 2021. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan penggunaan e-commerce secara konsisten di kota tier dua dan tiga dalam tiga tahun terakhir.

Meskipun transaksi e-commerce sepanjang 2022 meningkat dibanding tahun sebelumnya, sempat terjadi penurunan transaksi pada kuartal IV 2022. Hal itu disebabkan merebaknya isu resesi dan gejolak ekonomi global. Studi ini juga mengungkapkan bahwa masyarakat mengalokasikan anggaran sekitar 4-6 persen dari pendapatannya untuk belanja secara daring.

Penetrasi e-commerce berdampak pada daya beli konsumen yang lebih tua. Transaksi konsumen berumur lebih tua terus tumbuh konsisten di tengah dominasi konsumen milenial.

Konsumen e-commerce yang lajang paling banyak bertransaksi untuk pembelian gadget. Konsumen yang memiliki 1-2 anak paling banyak membeli produk kategori anak dan bayi. Sementara itu, konsumen dengan 3-5 anak cenderung lebih fokus pada pembelanjaan peralatan rumah tangga dan makanan.

Fakta lain yang terungkap dalam riset ini adalah, terjadi pergeseran pola belanja masyarakat pascapandemi. Hal ini terlihat dari 79 persen konsumen yang melakukan kombinasi belanja secara online dan offline.

“Meskipun terdapat beberapa pergeseran pola belanja, kami melihat bahwa e-commerce akan tetap menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hariannya dan akan tetap menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia,” kata Direktur KIC Adek M. Roza dalam siaran pers, Rabu (14/6).

Ia menyimpulkan, temuan riset tahun ini memperkuat indikasi daya beli masyarakat melalui e-commerce yang tetap terjaga.

Sementara itu, layanan untuk menunda pembayaran (paylater) menjadi solusi pilihan masyarakat untuk berbelanja. Frekuensi penggunaan paylater untuk e-commerce tercatat sebesar 16,2 persen, lebih unggul dibanding metode transfer bank (10,2 persen).

Tren penggunaan paylater ini didominasi tujuan pemenuhan kebutuhan harian seperti belanja barang (87,1 persen), pembayaran tagihan bulanan (51,8 persen), serta pembelian pulsa dan paket internet (48,9 persen).

Sementara itu, sebanyak 60,9 persen responden yang telah menggunakan paylater menyebutkan bahwa paylater merupakan kredit pertama yang mereka dapatkan. Pernyataan ini terutama diungkapkan oleh responden dengan socio-economic status (SES) C.

Pola penggunaan paylater telah berubah menjadi lebih banyak digunakan untuk berbelanja kebutuhan bulanan, dengan cicilan tenor pendek (56,8 persen) alih-alih untuk kebutuhan mendadak (52,1 persen). Perubahan ini terjadi seiring makin tingginya tingkat pengetahuan pengguna mengenai paylater.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, paylater membuka akses kredit yang aman, terjangkau, dan mudah bagi hampir seluruh lapisan masyarakat.

“Saya melihat instrumen paylater di ekosistem e-commerce berdampak pada confidence level konsumen. Terutama, di kelas menengah ke atas yang sebelumnya cukup menahan pengeluaran akibat dampak pandemi,” ujarnya.

Studi ini, imbuhnya, menguatkan indikasi bahwa paylater tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tetapi juga untuk keperluan pembayaran sehari-hari. Paylater dianggap sebagai metode pembayaran tagihan dan kebutuhan harian yang efisien.

Seiring penggunaan paylater yang meningkat, maka dampak turunannya bagi industri ekonomi digital juga akan lebih terasa. “Mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur, hingga penyerapan tenaga kerja yang akan berdampak pada perputaran roda perekonomian,” ungkapnya.

Senior Vice President Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, riset tahunan ini telah menjadi riset ikonis Kredivo. “Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, riset tahun ini berakar dari tren belanja masyarakat di e-commerce yang semakin bervariasi dan dinamis,” tuturnya.

Kredivo memiliki data primer yang sangat kaya akan informasi tentang preferensi konsumen. “Harapan kami dengan hadirnya riset ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tren dan perilaku masyarakat dalam berbelanja online, sekaligus perkembangan penggunaan paylater,” imbuhnya.