GoTo tak lama lagi akan merilis aplikasi khusus GoPay, dan terpisah dari aplikasi ride-hailing GoJek. Kehadiran aplikasi ini diperkirakan akan menghadirkan pangsa pasar baru bagi perusahaan induk raksasa teknologi di Indonesia tersebut.
Peneliti Institute for Development of Economic Studies (Indef) Nailul Huda mengatakan kehadiran aplikasi GoPay akan memberikan nuansa baru, sebab penggunaan GoPay tidak tergantung lagi dengan ekosistem Gojek.
Menurut Nailul, dengan pemisahan aplikasi, GoTo bisa mengembangkan ekosistem GoPay tersendiri secara lebih luas. “Hal yang saya rasa juga menghadirkan pangsa pasar baru bagi ekosistem GoTo,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (24/7).
Meski demikian, ia menilai persaingan dompet digital saat ini tidak seketat satu atau dua tahun lalu. Sebab, hadirnya layanan QRIS justru menambah persaingan dari bank digital yang mengembangkan fitur pembayaran instan.
Aplikasi GoPay tersedia di Google Play Store sejak Maret. Namun GoTo Gojek Tokopedia akan resmi meluncurkan platform keuangan ini di lebih banyak kota pada pekan ini (26/7).
Head of Regulatory and Public Affairs at GoTo Financial Budi Gandasoebrata menyebut penggunaan GoPay mayoritas oleh masyarakat segmen menengah atas. Mereka berdomisili di wilayah dengan mobilitas yang sangat tinggi, sehingga membutuhkan efektivitas termasuk dalam hal pembayaran.
Masyarakat di kalangan menengah atas juga memiliki budaya cashless alias bertransaksi nontunai. Hal ini tidak dapat disamakan dengan daerah lain di luar kota-kota besar.
"Dengan adanya aplikasi Gopay, harapan kami dapat menjangkau masyarakat yang belum terjangkau Gojek dan Tokopedia," kata Budi dalam Indonesia Data and Economic atau IDE Conference Katadata 2023 di Jakarta, Kamis (20/7).
Dia berharap perusahaan dapat memberi dukungan untuk inklusi dan literasi keuangan ke depan agar masyarakat menengah ke bawah dapat menikmati layanan Gopay. Perusahaan juga bakal menjalin kerja sama dengan mitra, baik dari kalangan institusi keuangan maupun regulator.
"Saat kami menawarkan pembayaran digital, literasi itu penting. Keuangan digital itu bisa membantu keuangan mereka, menabung, merencanakan masa depan yang lebih baik," katanya.
Namun, GoPay tidak akan pisah atau spin-off dari aplikasi Gojek dan Tokopedia. GoPay tetap ada di aplikasi Gojek dan juga bisa digunakan untuk bertransaksi di Tokopedia.
Pengguna yang tidak ingin install aplikasi GoPay juga tetap bisa menggunakan GoPay via Gojek atau Tokopedia. “Tidak ada yang berubah, semua tetap sama,” kata Budi.
Menurut Budi, perusahaan punya visi dan misi yang tidak akan tercapai jika GoPay hanya menjadi bagian dari platform Tokopedia dan Gojek. “Target itu bisa tercapai apabila kita mengembangkan aplikasi sendiri,” katanya.
Visi-misi yang dimaksud adalah ikhtiar GoTo membuka akses keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, seluas luasnya. GoPay diharapkan bisa menjadi pintu masuk bagi masyarakat kelas menengah bawah yang selama ini belum terlayani institusi keuangan formal.
“Segmen inilah yang menjadi target utama kami. Maka itu, aplikasi GoPay yang kami rancang kami sesuaikan dengan kebutuhan pengguna, termasuk fitur, tampilan dan experience-nya,” kata Budi.
Berdasarkan hasil survei Insight Asia 2022 terkait metode pembayaran, mayoritas responden atau sebanyak 71% aktif menggunakan dompet digital untuk berbagai macam transaksi.
Hasil riset juga menyimpulkan, Gopay menjadi platform dompet digital yang paling banyak digunakan oleh konsumen dalam lima tahun terakhir. Sekitar 71% pengguna dompet digital pernah menggunakan Gopay. Selanjutnya, 70% responden pernah menggunakan OVO. Pengguna DANA 53%, dan ShopeePay sekitar 51% responden pernah menggunakan.