Pendanaan ke startup Asia Tenggara termasuk Indonesia anjlok pada semester I. Hal ini berpengaruh terhadap rencana pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) startup fintech?
Berdasarkan laporan Fintech Indonesia dan Katadata Insight Center atau KIC, AFTECH Annual Member Survey 2022/2023 bertajuk ‘Fintech Indonesia: Mantap Melangkah ke Arah Keberlanjutan dan Inklusi’, modal ventura menjadi sumber pendanaan utama startup fintech di Indonesia. Hanya 4% yang IPO.
Rinciannya dapat dilihat pada Bagan sebagai berikut:
Namun pendanaan ke startup kini seret. Berdasarkan data Tracxn Technologies Ltd, total pendanaan ke startup Asia Tenggara turun 71% dari US$ 8 miliar pada Semester I 2022 menjadi US$ 2,3 miliar pada paruh pertama tahun ini. Rinciannya sebagai berikut:
- Kuartal I US$ 1,15 miliar
- Kuartal II US$ 1,17 miliar
Tracxn mengatakan dalam laporan bertajuk ‘SEA Tech Semi-Annual Funding’, alasan utama tren penurunan pendanaan ke startup Asia Tenggara, yakni:
- Kenaikan suku bunga acuan
- Lingkungan ekonomi makro
Startup fintech mengumpulkan total US$ 926 juta selama Januari – Juni. Sektor ini menyumbang hampir 40% dari dana yang dikumpulkan oleh ekosistem startup Asia Tenggara selama Semester I.
Namun pendanaan ke startup fintech turun secara tahunan. IPO pun bisa menjadi alternatif untuk meraih dana segar.
Wakil Sekretaris Jenderal II Aftech Firlie Ganinduto menjelaskan ada beberapa persyaratan untuk IPO di Bursa Efek Indonesia atau BEI. “Contohnya, keuntungan harus dalam jangka waktu yang sudah ditentukan,” kata dia kepada media usai acara peluncuran Laporan Aftech Annual Members Surveys 2022/2023 di JIExpo Jakarta, Kamis (27/7).
Ia mencatat, ada beberapa startup yang melantai di bursa. Oleh karena itu, menurutnya tidak ada kesulitan signifikan bagi perusahaan rintisan termasuk fintech untuk IPO.
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat, ada dua startup fintech yang akan segera IPO, salah satunya Akseleran. Namun Akseleran menunda IPO yang rencananya digelar pada 9 Agustus, dengan alasan:
- Masih membutuhkan waktu lebih panjang untuk mendapatkan investor strategis
- Investor institusional masih menunggu dan melihat di tengah kondisi ekonomi global saat ini
- Pertimbangan kondisi likuiditas di pasar saham
Ketua Dewan Pengawas Aftech Rudiantara menjelaskan ada perbedaan antara startup dengan perusahaan publik. Startup memiliki risiko yang relatif lebih tinggi, “apalagi masih berfokus pada pertumbuhan,” katanya.
Startup harus memastikan bisnis tumbuh berkelanjutan jika ingin menjadi perusahaan publik. Sebab, investor melihat dari pertumbuhan harga dan dividen.