Bank digital asal Afrika Selatan masuk ke pasar Indonesia melalui kemitraan dengan startup di bidang layanan keuangan, Finfra. Tyme Group saat ini sudah memiliki bisnis di dua negara Asia Tenggara lainnya, yakni Singapura dan Filipina.
Finfra mengumumkan kemitraan dengan Tyme Group usai rampungnya putaran pendanaan terbaru Finfra sebesar US$ 2,5 juta atau setara Rp 40 miliar. Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Cento Ventures dan didukung oleh Accion Venture Lab, Z Venture Capital, Matiss Ansviesulis (pendiri Avafin), serta investor lainnya.
Finfra saat ini menawarkan infrastruktur pinjaman berbasis API yang memungkinkan integrasi kredit pada berbagai platform digital, seperti e-commerce dan logistik. Mereka memiliki fitur-fitur eperti sistem manajemen pinjaman, skor kredit, analitik portofolio, dan akses ke modal utang. Seain itu, Finfra juga menawarkan produk kredit kepada pelanggan mereka.
"Kemampuan platform kami untuk menghubungkan kedua belah pihak bersifat transformatif,” kata CEO dan Co-Founder Finfra, Markus Prommik dalam siaran pers, Selasa (29/10).
Markus menjelaskan, kemitran ini akan mendorong permintaan kredit lebih mudah diakses. Salah satu solusi efektif yang ditawarkan melalui kemitraan ini adalah pinjaman tertanam, platform digital mengintegrasikan produk kredit langsung ke transaksi nasabah.
Tyme sebagai pemberi pinjaman dapat menggunakan Finfra untuk menyediakan pinjaman tertanam, seperti memenuhi kebutuhan kredit bisnis yang kurang terlayani dan mendorong akses keuangan yang lebih luas di Indonesia.
Indonesia menjadi primadona bagi pasar perbankan digital multinasional seperti Tyme Group. Apalagi, 24 juta UMKM hingga akhir tahun lalu telah terhubungan dengan digitalisasi.