Nilai pasar Tencent turun hampir US$ 34 miliar atau sekitar Rp 501,6 triliun dalam dua hari, sejak gim PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) dilarang di India. Ini penurunan terbesar kedua sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan melarang WeChat.

Saat itu, nilai pasar perusahaan asal Tiongkok tersebut turun US$ 66 miliar.

Kementerian Teknologi India mengatakan, aplikasi PUBG dianggap sebagai ancaman bagi keamanan India. Sebab, aplikasi ini dinilai mengumpulkan dan membagikan data pengguna secara diam-diam.

Namun, Tencent menegaskan bahwa perusahaan serius melindungi privasi dan data pengguna. “Kami selalu mematuhi undang-undang perlindungan data yang berlaku di India dan semua pasar lain tempat kami beroperasi,” kata perusahaan dikutip dari Business Insider India, akhir pekan lalu (4/9).

Tencent berharap dapat berdiskusi dengan otoritas India terkait upaya perusahaan dalam melindungi data pengguna selama ini. “Juga berharap dapat memastikan ketersediaan berkelanjutan aplikasi kami di India,” ujar perusahaan.

Pengeluaran untuk belanja gim di India memang kurang dari 5% secara global. Sedangkan tiga besar negara yang konsumennya senang berbelanja di aplikasi game, yakni Tiongkok 52%, AS 14%, dan Jepang 5,6%.

Namun, India merupakan pasar yang paling besar bagi PUBG. Berdasarkan data perusahaan analitik aplikasi Sensor Tower, game online jenis battle royale itu meraih sekitar 175 juta pemasangan aplikasi di India atau 24% dari total pangsa pasar global.

Tencent bahkan meluncurkan PUBG Lite di India untuk memperluas basis penggunanya. Versi 'lite' ini bertujuan untuk mengatasi masalah konektivitas bagi pemain gim (gamer) yang tinggal di area yang menghadapi persoalan jaringan.

Selain PUBG, India melarang pengggunaan 117 aplikasi asal Tiongkok sejak Juni lalu. Gim lain yang dilarang yakni Chess Run, Arena of Valor, dan Ludo World.

Reporter: Cindy Mutia Annur