- Huawei meluncurkan Harmony OS versi beta untuk menyaingi Android pada bulan ini
- Huawei dinilai sulit mengalahkan Android yang disematkan pada 2,5 miliar perangkat
- Harmony OS dinilai sebagai alat Huawei untuk mempertahankan pasar smartphone, yang terancam direbut Samsung dan Xiaomi
Raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei meluncurkan Harmony OS 2.0 versi beta pada dua pekan lalu (16/12). Beberapa analis menilai, sistem operasi ini akan sulit mengalahkan Android milik Google. Namun, ini dapat membantu perusahaan mempertahankan pangsa pasar ponsel pintar (smartphone).
Huawei mempercepat pengembangan Harmony OS, karena Amerika Serikat (AS) memasukkannya ke dalam daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan sejak awal 2019. Sanksi ini membuat perusahaan AS, termasuk Google, tidak dapat bekerja sama dengan Huawei tanpa izin.
Google beberapa kali mengajukan lisensi untuk dapat bermitra dengan Huawei. Namun, izin ini kedaluwarsa per 13 Agustus lalu.
Akibatnya, ponsel dan tablet Huawei yang diluncurkan setelah pertengahan Mei 2019 tidak didukung oleh Android dan Google Mobile Services (GMS) seperti Gmail atau YouTube.
Meski begitu, Huawei sudah mengembangkan OS yang juga dikenal HongMeng itu di Tiongkok sejak 2012. OS ini berbasis mikrokernel, sehingga bisa digunakan di banyak perangkat seperti ponsel pintar, tablet, pengeras suara, televisi, mobil, dan lainnya.
Huawei telah memperkenalkan Harmony OS di Internet of Things (IoT), termasuk televisi pintar. Kini, raksasa teknologi Tiongkok itu menguji coba OS buatannya pada smartphone yakni P40, Mate 30, dan MatePad Pro.
Salah satu pengembang yang menguji coba Harmony OS menilai, mesin virtualnya mirip dengan versi terbaru Android. “Partisi sistem juga dinilai serupa dengan OS milik Google,” demikian kata sumber yang tidak disebutkan namanya, dikutip dari GSM Arena, Minggu (27/12).
Mesin virtual adalah program perangkat lunak (software) yang menunjukkan perilaku komputer. Selain itu, dapat melakukan tugas seperti menjalankan aplikasi dan program seperti komputer yang terpisah. Sedangkan partisi adalah pembagian ruang kosong pada media penyimpanan.
President Consumer Business Software Huawei Wang Chenglu mengatakan, Android Open Source Project atau AOSP berfungsi sebagai batu loncatan bagi HarmonyOS. Versi beta mungkin berbasis Android, tetapi kerangka kerjanya akan diubah ke depan.
Ia juga menyatakan, Harmony OS akan menjadi pesaing Android ke depan. "Dalam lima tahun terakhir, tim perangkat lunak kami pada dasarnya telah menggantikan sebagian besar bagian inti sistem Android,” kata dia. “Kami mengubah segala sesuatu yang dapat diubah.”
Huawei membuat Harmony OS bersifat open source, sehingga bisa digunakan oleh produsen perangkat keras (hardware) maupun pengembang aplikasi lain. “Ini tonggak sejarah ketika kami mendukung perangkat Huawei dengan Harmony OS 2.0. Pada saat yang sama, ini mungkin tersedia untuk perangkat vendor lain," Wang.
Analis senior di IDC Kiranjeet Kaur menilai, langkah itu bertujuan memperluas penggunaan Harmony OS. "Tetapi saya agak ragu tentang seberapa banyak yang akan benar-benar mengadopsi itu, mengingat Huawei sebenarnya merupakan pesaing," kata dia, dikutip dari CNET, September lalu (11/9).
Meski begitu, menurutnya tak menutup kemungkinan vendor lain menggunakan Harmony OS sebagai cadangan jika mendapat sanksi dari AS atau negara lain. Selain itu, “jika semakin populer, terutama di Tiongkok,” ujar Kaur.
Hal senada disampaikan oleh wakil presiden IDC Bryan Ma. “Saya pikir mereka akan menjajaki opsi ini, tetapi tidak berkomitmen sampai ada kejelasan tentang bagaimana kebijakan AS mungkin berubah pada tahun depan,” kata dia dikutip dari CNBC Internasional, September lalu (10/9).
Ia menilai, Harmony OS berpotensi sukses di Negeri Panda. Ini karena Beijing mulai memperketat aturan terhadap raksasa teknologi AS, seperti Google, karena perang dagang.
Namun, “tidak mudah bagi Huawei untuk membangun perpustakaan aplikasi utama di luar Tiongkok. Ini karena banyak dari aplikasi bergantung pada Google untuk hal-hal seperti manajemen hak digital, lokasi, pembayaran, dan layanan pemberitahuan,” kata dia.
Sedangkan analis di Counterpoint Research Tarun Pathak menilai, tantangan utama Huawei yakni menunjukkan bahwa AppGallery dan Huawei Mobile Services (HMS) dapat mengintegrasikan aplikasi lokal dari berbagai negara dan wilayah. “Ketiadaan layanan Google berdampak serius pada daya tarik perangkat ini,” kata dia dikutip dari Reuters, September lalu (9/9).
Direktur riset Counterpoint Research Neil Shah pun mengatakan, Huawei akan kesulitan memasarkan Harmony OS di luar Tiongkok karena sanksi AS. “Pengembang seperti Netflix, Facebook, Google, dan lainnya dilarang berkolaborasi dengan Huawei," katanya. “Ini akan sulit.”
Huawei mengatakan, ada 60 ribu aplikasi yang menggunakan layanan inti HMS per Mei. Jumlahnya diprediksi menjadi 96 ribu pada akhir tahun. Sedangkan jumlah pengembang diramal naik dari 1,4 juta menjadi 1,8 juta.
Namun, “kami berharap layanan Google dapat tersedia melalui AppGallery, sebagaimana di App Store milik Apple,” ujar Deputy Chairman and Rotating Chairman Huawei Eric Xu.
Ia menyadari bahwa keinginan itu sulit terwujud karena faktor hukum. Selain itu, “saya merasa sangat tidak mungkin Google mempublikasikan aplikasinya sendiri ke AppGallery, karena mereka memiliki kaitan yang sama dengan layanan seperti pihak ketiga,” katanya.
Dikutip dari laman resminya, Direktur Android Stephanie Cuthbertson mengatakan ada lebih dari dua setengah miliar perangkat Android aktif di seluruh dunia per Mei 2019. Ini mencakup speaker pintar, layar pintar, dan telepon KaiOS.
Data Statista menunjukkan, OS Android yang paling banyak digunakan selama 2013 hingga 2020 yakni Pie 9.0. Pangsa pasarnya 31,3%, sebagaimana Bagan di bawah ini:
Sedangkan Huawei menargetkan setidaknya 100 juta perangkat menggunakan Harmony OS pada tahun depan. Perusahaan juga akan meluncurkan smartphone pertama yang berbasis OS ini pada 2021.
Cara Huawei Mempertahankan Pasar Ponsel Pintar
Namun, analis menilai bahwa peluncuran Harmony OS merupakan salah satu cara Huawei untuk mempertahankan pangsa pasar smartphone. Laporan dari media Korea Selatan, The Elec, Huawei berencana mengirimkan tidak lebih dari 50 juta ponsel pintar pada tahun depan.
Jika itu benar, jumlahnya turun 74% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan target tahun ini 190 juta unit. Sedangkan analis memperkirakan, produksi gadget Huawei turun 42% yoy menjadi 110 juta unit pada 2021.
Itu artinya, 80 juta hingga 140 juta pasar Huawei berpotensi direbut oleh kompetitor. Produsen ponsel pintar asal Korea Selatan, Samsung dan Tiongkok, Xiaomi misalnya, berencana meningkatkan produksi pada tahun depan.
Samsung berencana meningkatkan produksi 17% menjadi sekitar 310 juta pada 2021. Selain itu, memperluas perakitan modul kamera smartphone dengan mengambil alih sebagian besar proses perakitan.
Langkah itu akan menghemat biaya perakitan yang dibayarkan ke pemasok. Dengan begitu, Samsung bisa mengurangi harga ponsel secara keseluruhan dan akan bersaing dengan Xiaomi untuk merebut pasar segmen menengah ke bawah yang ditinggal oleh Huawei.
Berdasarkan data Counterpoint, Samsung memimpin dengan pangsa pasar 22% per kuartal III. Jumlah pengiriman gadgetnya pun tumbuh 79,8% yoy.
Tak mau kalah, Xiaomi juga meningkatkan kapasitas produksi pabrik pada tahun depan. Dikutip dari Nikkei Asia Review, produsen asal Tiongkok ini memesan komponen dan suku cadang hingga 240 juta unit.
Kepada pemasok, perusahaan mengatakan bahwa target meningkat menjadi 300 juta unit pada tahun depan. Apabila ini tercapai, Xiaomi berpeluang mengalahkan Huawei, setelah melampaui Apple pada kuartal III.
"Xiaomi menetapkan tujuan yang jauh lebih agresif untuk pemasok, karena berencana memperluas pasar sebelum pesaing lain menyusul," kata sumber yang mengetahui rencana itu, dikutip dari Nikkei Asia Review, empat pekan lalu (2/12).
Padahal Huawei sempat mengungguli Samsung per April, sebagaiman Databoks di bawah ini:
Namun, Huawei dikabarkan menurunkan produksi karena AS menambahkan 38 afiliasi Huawei ke dalam blacklist, sehingga totalnya menjadi 152 pada Agustus lalu. Kepada surat kabar Austria, Kurier, Wakil Presiden Huawei untuk Eropa Abraham Liu mengatakan bahwa Washington memeras produsen semikonduktor untuk tidak bekerja sama dengan Huawei.
Alhasil, HiSilicon menyetop produksi cip (chipset) per September. Sedangkan cip merupakan komponen utama pembuatan smartphone.
Qualcomm dikabarkan telah mengajukan permohonan lisensi untuk memasok cip kepada Huawei. Intel juga disebut-sebut mendapat izin untuk menjual produknya ke perusahaan Tiongkok ini.
Sedangkan Harmony OS akan menggantikan Android pada gawai Huawei. “Kami akan mampu bertahan dan memimpin bahkan di lingkungan yang sangat tidak bersahabat,” kata Rotating Chairman Huawei Technologies Guo Ping dikutip dari Forbes, November lalu (4/11).