Pemegang lisensi produk ponsel pintar (smartphone) Nokia, HMD Global mencatatkan penurunan penjualan 30% tahun lalu. Namun perusahaan tetap untung berkat gadget lawas.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, nilai penjualan bersih HMD Global turun dari 1,7 miliar euro (Rp 28 triliun) pada 2019 menjadi 1,2 miliar euro (Rp 19,9 triliun) tahun lalu.

Sedangkan pada 2018 bisa mencapai 2,4 miliar euro (Rp 41 triliun). "Penjualan bersih telah berkurang setengahnya sejak saat itu (2018)," demikian dikutip dari Gizchina, Senin (7/6).

Data Counterpoint menunjukkan, pengiriman ponsel Nokia anjlok dari 2,8 juta pada kuartal IV 2020 menjadi dua juta selama tiga bulan pertama tahun ini. Penyebab utamanya yakni pasar di India.

Pengiriman ponsel di India turun 38,5% secara kuartalan (quarter to quarter/qtq) dan 17% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi 1,7 juta pada kuartal I 2021.

Meski begitu, kerugian HMD Global turun dari 295 juta euro (Rp 5 triliun) menjadi 47 juta euro (Rp 813 miliar). Perusahaan juga untung sejak Juni tahun lalu.

Keuntungan itu didapat dari margin yang tinggi pada ponsel lawas atau feature. Sebab, mereka masih menjual produk lama di pasar negara berkembang seperti India.

Nokia memang sempat jaya pada 2000-an. Korporasi ini bahkan menyumbang 4% produk domestik bruto (PDB) Finlandia.

Pada 2010, Nokia menjadi pemimpin industri ponsel global dengan pangsa pasar 33,1%. Saat itu, penjualan ponsel tembus 100 juta unit atau jauh lebih tinggi dibandingkan Apple 47,5 juta dan Samsung 23 juta.

Namun penjualan ponsel Nokia terus menurun, karena para pesaing menggunakan Android dari Google. Saat itu, Nokia tetap menggunakan Symbian sebagai sistem operasi alias operating system (OS) pada gawai.

Pada 2014, Microsoft mengakuisisi hak penggunaan merek ponsel Nokia selama dua tahun. Setelahnya, HMD yang mendapatkan hak pemakaian.

Untuk meningkatkan penjualan, HMD Global sempat berencana merilis kembali ponsel klasik Nokia 6300 dan 8000. Kedua gadget yang diklaim tahan banting ini akan dimodernisasi dengan akses jaringan internet generasi keempat (4G), Wireless Fidelity (WiFi), dan sejumlah fitur pintar.

Chief Commercial Officer HMD Global Per Ekman mengungkapkan, perusahaan ingin menghadirkan nostalgia bagi pengguna. Ponsel yang dihidupkan kembali itu juga dinilai bukan peninggalan tua yang suram.

Tahun ini, HMD Global juga menjual Nokia X20 dengan tidak menyertakan adaptor pengisi daya (charger). Ini bertujuan mengurangi dampak lingkungan. Langkah ini lebih dulu diterapkan oleh Apple dan Samsung

"Tidak ada pengisi daya dinding plastik yang disertakan," kata HMD Global di laman resmi dikutip Katadata.co.id, April lalu (28/4). "Kami mengurangi dampak ekologis Nokia X20."

Konsumen Nokia X20 nantinya hanya mendapatkan kabel USB Type C untuk keperluan mengisi daya. Sedangkan bagian charger lainnya harus dibeli oleh konsumen secara terpisah.

Selain itu, HMD Global memasang penutup atau case Nokia X20 yang 100% terbuat dari kompos.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan