Produsen ponsel pintar atau smartphone asal Tiongkok Oppo telah membuat buku putih atau white paper sebagai panduan dalam mengembangkan teknologi internet generasi keenam (6G). Sebelumnya, produsen smartphone lainnya Samsung dan Xiaomi telah lebih dahulu gencar mengembangkan 6G.
Presiden Oppo Liu Bo mengatakan bahwa perusahaan telah secara resmi merilis buku putih 6G pertamanya. "Buku putih berisi gambaran arsitektur jaringan 6G yang diberdayakan oleh teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI)," ujarnya dikutip dari Gizchina, Selasa (13/7).
Menurutnya, selain dapat memberdayakan arsitektur sistem 6G, AI juga menjadi solusi lebih rinci untuk desain arsitektur jaringan komunikasi generasi berikutnya.
Bo juga mengatakan, jaringan 6G akan membentuk kembali cara orang berinteraksi dengan AI. Sedangkan, AI akan menjadi infrastruktur andalan 6G nantinya.
Pada saat mengembangkan teknologi internet generasi kelima atau 5G, Oppo juga merilis buku putih 5G. Menurut buku putih itu, 5G akan menciptakan ekosistem digital yang cerdas, organik, dan berkelanjutan.
Selain buku putih, Oppo juga telah membentuk tim pra-penelitian untuk 6G. Tim ini melakukan penelitian awal tentang skema bisnis 6G, persyaratan teknis, teknologi utama, karakteristik sistem, dan lainnya. Tim ini juga telah membentuk platform simulasi AI.
Sebelumnya, Samsung dan Xiaomi telah lebih dahulu gencar mengembangkan 6G. Samsung misalnya menggandeng University of California, Santa Barbara (UCSB) menguji coba jaringan 6G. Hasilnya, kecepatan unduh hingga 6,2 Gigabita per detik (Gbps).
Spektrum frekuensi yang digunakan yakni 140 Gigahertz (GHz) atau masuk kategori Terahertz (Thz). “Kami yakin spektrum THz akan menjadi pendorong teknologi 6G,” kata Senior Vice President Samsung Research Sunghyun Choi dikutip dari blog Samsung, Juni lalu.
Frekuensi THz mencakup sejumlah besar spektrum, dengan lebar pita puluhan GHz. Sunghyun mengatakan, ini berpotensi menyediakan sarana untuk mendukung kecepatan 6G yang bisa mencapai 50 kali dibandingkan teknologi 5G.
Keterlambatan pengiriman data atau latensi 6G juga sepersepuluh dibandingkan 5G. Kecepatan yang tinggi dan latensi yang rendah ini memungkinkan pengguna menikmati layanan seperti extended reality (XR) dan hologram seluler dengan lebih baik.
Xiaomi juga gencar mengembangkan 6G. Bahkan, sebagai bentuk keseriusannya, Xiaomi menghentikan produksi telepon seluler atau ponsel 4G di Tiongkok tahun lalu. Perusahaan akan lebih memfokuskan sumber daya mereka pada pembuatan ponsel 5G saja, sembari mengembangkan teknologi 6G.
Pendiri dan CEO Xiaomi Lei Jun mengatakan bahwa Xiaomi telah memulai pra-penelitian teknologi 6G. Namun, menurutnya, Xiaomi tidak memiliki rencana untuk meluncurkan teknologi itu sendiri.
"Teknologi 6G akan membutuhkan perangkat yang mendukung stasiun pangkalan, dan satelit di belakang standar nirkabel baru," kata Jun dikutip dari Tech In Asia tahun lalu.
Diketahui, teknologi 6G mempunyai kecepatan 8.000 kali lebih cepat dibanding 5G. Dengan kecepatan 1 Terabite (Tbps), pengguna bisa mengunduh 142 jam film dalam sedetik. Jika menggunakan 5G, butuh beberapa detik.
Direktur Pusat Inovasi 6G University of Surrey Profesor Rahim Tafazolli mengatakan, jaringan 5G memungkinkan virtual reality atau augmented reality. Namun visual yang ditampilkan yakni video tiga dimensi. "Jadi apa yang kami lakukan di 6G, kami menjadikannya empat dimensi, dan dimensi keempat adalah indera manusia," katanya tahun lalu.
Teknologi 6G nantinya memungkinkan adanya sensor yang mengirimkan sentuhan, indera penciuman dan perasa. Menurut Rahim, kemampuan seperti itu bisa berdampak signifikan, salah satunya untuk teknologi perawatan kesehatan. Dokter memungkinkan untuk merawat pasien meskipun jarak jauh. Selain itu, pertemuan virtual pun akan terasa asli.