Pendapatan Pengemudi Taksi dan Ojek Online Anjlok 80% Akibat Corona

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Driver ojek online melepaskan helm penumpang di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2020).
30/3/2020, 17.11 WIB

Pandemi corona membuat order layanan berbagi tumpangan (ride hailing) seperti Gojek dan Grab menurun. Sejak penerapan belajar dan kerja dari rumah (work from home), pendapatan para pengemudi taksi dan ojek online anjlok 80%.

Berdasarkan data Gabungan Aksi Roda Dua (Garda), order layanan ojek online di DKI Jakarta rerata turun 50-80% pada minggu lalu. Ketua Presidium Garda Igun Wicaksono mengatakan, penurunan permintaan layanan terjadi di daerah lainnya.

"Sedangkan pendapatan mitra pengemudi rata-rata turun 60% sampai 80%," ujar Igun kepada Katadata.co.id, Senin (30/3). (Baca: Grab Beri Bantuan hingga Rp 3 Juta per Mitra Pengemudi Positif Corona)

Meski begitu, layanan pesan-antar makanan seperti GoFood dan GrabFood naik 10-20% pada periode yang sama. Namun, peningkatan ini terbatas karena banyak pusat perbelanjaan ataupun mitra penjual (merchant) yang tutup.

Hal serupa dialami para pengemudi taksi online. Sekretaris Dewan Asosiasi Driver Online (ADO) Taha Syafariel Baraqbah menyebutkan, order dan pendapatan pengemudi anjlok hingga 80%.

"Bahkan ada yang sehari hanya menerima satu sampai dua order,” kata Ariel. Alhasil, hanya sekitar 10% dari pengemudi taksi online yang masih beroperasi karena mencicil kendaraan.

Kendati demikian, Gojek dan Grab memberikan bantuan keuangan kepada para mitra pengemudi taksi dan ojek online hingga penjual. Grab memberikan Rp 1,5 juta kepada mitra pengemudi ojek online jika terjangkit virus corona. Sedangkan mitra driver taksi online mendapat Rp 3 juta.

(Baca: Pendapatan Pengemudi Anjlok, Petinggi Gojek Sumbang 25% Gaji Setahun)

Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, perusahaannya menggalang pendanaan untuk membantu mitra pengemudi yang terinfeksi covid-19. Bantuan juga diberikan kepada mitra yang pendapatannya turun akibat pandemi corona.

“Saat situasi pandemik corona ini, kami tidak dapat memungkiri bahwa pastinya semua bisnis terdampak,” kata Neneng kepada Katadata.co.id, pekan lalu (26/3). Karena itu, perusahaan menyediakan program GrabCare.

Program itu diberikan kepada mitra pengemudi yang masuk kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan dikarantina di Rumah Sakit (RS), juga yang terjangkit covid-19. “Bantuan keuangan Rp 1,5 juta untuk GrabBike dan Rp 3 Juta GrabCar,” katanya.

Selain itu, angsuran atau cicilan harian dihentikan selama 14 hari. Perusahaan juga menyediakan asuransi Mandiri In-Health bagi para mitra GrabCar, yang mencakup klaim terkait Covid-19 untuk pemeriksaan medis, konsultasi dokter, rontgen dada, dan tes darah secara berkala.

(Baca: Warga Miskin, Pekerja Informal & Ojol Dapat Bantuan Tunai Efek Corona)

Pesaingnya, yakni Gojek juga menggalang pendanaan untuk membantu mitra pengemudi. Co-CEO  dan manajemen senior Gojek pun menyumbang 25% gaji setahun untuk dana bantuan bagi mitra.

Pendanaan akan berasal dari tiga sumber. Pertama, Co-CEO dan jajaran manajemen senior Gojek mendonasikan 25% dari gaji selama setahun ke depan. Kedua, anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan akan dialihkan untuk dana bantuan ini.

Dana itu akan dikelola oleh yayasan yang baru dibentuk, yaitu Yayasan Anak Bangsa Bisa. Yayasan ini bakal bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, komunitas sosial dan perkumpulan mitra pengemudi untuk menentukan cara penyaluran dana bantuan.

(Baca: Jokowi Hitung Dampak Ekonomi Corona, Sopir Angkot & Ojek Paling Berat)

Reporter: Cindy Mutia Annur