Pengembang media sosial WhatsApp meluncurkan pusat informasi terkait virus corona. Perusahaan di bawah naungan Facebook itu juga menggelontorkan dana US$ 1 juta atau sekitar Rp 15,2 miliar kepada Jaringan Internasional Penguji Fakta (IFCN) asuhan Poynter Institute.
Kedua inisiatif itu diharapkan bisa menekan penyebaran hoaks terkait pandemi corona. “Kami ingin menyediakan pusat informasi sederhana yang dapat menghubungkan orang-orang di saat yang penuh kewaspadaan ini,” kata Head of WhatsApp Will Cathcart dalam siaran pers, Rabu (18/3).
Perusahaan juga bermitra dengan Poynter Institute untuk meminimalkan penyebaran hoaks. “Kami juga akan terus bekerja sama secara langsung dengan kementerian kesehatan di seluruh dunia, agar mereka dapat memberikan informasi terkini melalui WhatsApp,” ujar dia.
(Baca: Kasus Corona Bertambah, Kominfo Blokir 250 Hoaks & Kembangkan Chatbot)
Pusat informasi itu bisa diakses lewat laman whatsapp.com/coronavirus. Platform itu menawarkan tips dan informasi akurat terkait virus corona bagi pengguna, guna mengurangi penyebaran rumor.
Karena itu, WhatsApp berkolaborasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF), dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Dengan WHO, perusahaan juga menyediakan layanan hotline perpesanan.
Perusahaan juga telah bekerja sama dengan kementerian kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di berbagai negara, termasuk Singapura, Israel, Afrika Selatan, Brasil, dan Indonesia.
(Baca: Facebook Hibahkan Rp 1,5 Triliun ke 30 Ribu UMKM Atasi Dampak Corona)
Saat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah mengembangkan chatbot untuk menangkal hoaks pada pekan ini. “
Minggu ini akan kami luncurkan," ujar Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (18/3).
Chatbot tersebut akan memasok informasi akurat soal pandemi corona. Chatbot merupakan program komputer yang dirancang untuk menyimulasikan percakapan intelektual dengan satu atau banyak orang, baik melalui teks maupun audio.
Sebenarnya Kominfo sudah bekerja sama dengan startup Prosa untuk meluncurkan chatbot anti-hoaks di Telegram pada pertengahan tahun lalu. Kini, kementerian mengembangkan teknologi serupa untuk diterapkan di WhatsApp.
(Baca: Hoaks Capai 242, Ahli IT Usul Kominfo Buat Platform Khusus soal Corona)