Facebook tak memungut biaya pemasangan iklan terkait virus corona kepada WHO. Hal ini dalam rangka meminimalkan penyebaran hoaks terkait covid-19.

CEO Facebook Mark Zuckerberg ingin memastikan pengguna tidak mendapat informasi yang salah tentang virus corona. "Kami memberikan WHO sebanyak mungkin iklan gratis yang dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang covid-19,” katanya dikutip dari Reuters, Kamis (5/3).

Selain itu, unggahan terkait virus corona akan muncul dalam bentuk pop-up di platform Facebook. Pengguna yang mengeklik pop-up itu bakal dibawa ke situs web WHO ataupun otoritas kesehatan setempat.

Zuckerberg juga berjanji bakal menghapus konten yang memuat klaim palsu dan/atau teori konspirasi yang ditandai oleh WHO. Facebook bekerja sama dengan para pakar kesehatan global untuk meminimalkan penyebaran hoaks virus corona.

(Baca: Jurus Google Basmi Hoaks Corona: Gaet Kemenkes dan Algoritma Khusus)

Pada Februari lalu, Facebook sudah melarang iklan produk-produk yang menjanjikan penyembuhan atau pencegahan virus corona. Sebab, pemasaran seperti itu dinilai semakin menciptakan kekhawatiran masyarakat.

Selain Facebook, WHO bekerja sama dengan pengembang platform media sosial lainnya seperti Twitter dan Pinterest. WHO juga membuat akun di Tik Tok dan sudah mengunggah dua video pekan lalu.

Di Indonesia, Google bekerja sama dengan WHO, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan mengembangkan algoritma khusus untuk meminimalkan penyebaran hoaks terkait virus corona.

Corporate Communication Google Indonesia Jason Tedjasukmana mengatakan, perusahaan menyediakan SOS Alert untuk memberikan informasi resmi terkini terkait virus corona.

(Baca: Hoaks Virus Corona Bertambah, Menteri Kominfo Ancam Denda Rp 1 Miliar)

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 158 hoaks terkait virus corona sejak 23 Januari 2020. Peredaran kabar bohong meningkat pasca-pengumuman Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait dua warga Depok terinfeksi virus corona pada 2 Maret lalu.

Salah satu hoaks yang beredar yakni video di Facebook yang menampilkan perempuan memperagakan penggunaan tisu basah sebagai pengganti masker. Warganet berbaju hijau dalam video itu mengklaim tisu basah dapat mencegah penularan virus corona.

Faktanya, Kepala Bagian Pelayanan Masyarakat Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan Busroni membantah hal itu. Penggunaan tisu basah justru mempermudah partikel-partikel yang tidak sengaja terhirup menempel pada kulit.

Tisu basah sendiri memiliki kandungan alkohol yang hanya berfungsi untuk membersihkan area kulit yang rentan terkontaminasi. (Baca: Dua Warga Depok Terinfeksi Virus Corona, Kominfo Temukan 147 Hoaks)

Reporter: Cindy Mutia Annur