Gojek dan Grab Dikabarkan Bakal Merger, Menteri Kominfo: Makin Semarak

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Ilustrasi, pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/11/2019).
25/2/2020, 13.23 WIB

Grab dikabarkan tengah berdiskusi dengan Gojek untuk melakukan merger usaha. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny Plate mengatakan, merger merupakan aktivitas Business to Business (BtoB).

“Yang pasti, diharapkan konsolidasi-konsolidasi itu untuk menyemarakkan ruang digital di Indonesia,” kata Johnny di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (25/2).

Namun, ia enggan berkomentar perihal benar tidaknya kabar tersebut. “Itu kewenangan bisnis. Ini kan baru rencana, kalau hasil akhir baru saya beri tanggapan,” kata dia.

Sedangkan manajemen Gojek membantah kabar tersebut. “Tidak ada rencana merger, dan pemberitaan yang beredar di media terkait hal tersebut tidak akurat,” kata Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita kepada Katadata.co.id.

(Baca: Gojek Luruskan Kabar Rencana Merger dengan Grab)

Katadata.co.id juga sudah menghubungi Grab terkait kabar tersebut. Namun, hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan dari decacorn asal Singapura itu.

Sumber The Information yang mengetahui pembicaraan itu menyampaikan, kesepakatan itu akan menjadi langkah baru terkait konsolidasi pasar pesan-antar makanan dan berbagi tumpangan (ride hailing). Hal ini bertujuan meminimalkan kerugian perusahaan.

“Perusahaan mencoba untuk membendung kerugian yang disebabkan oleh pertarungan mahal untuk merebut pangsa pasar,” demikian dikutip dari The Information, kemarin (24/2).

(Baca: Grab Akan Rambah Pasar Asuransi hingga Keuangan di Indonesia pada 2020)

Valuasi Grab disebut-sebut mencapai US$ 14 miliar (Rp 194,6 triliun), sementara Gojek US$ 9 miliar (Rp 125,1 triliun). Jika merger itu benar terjadi, maka akan terbentuk startup dengan valuasi yang cukup tinggi.

Pada pekan lalu, Grab dikabarkan mendapat pendanaan 80 miliar yen atau sekitar Rp 9,8 triliun dari bank terbesar di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group atau MUFG. Dikutip dari KR Asia, kemitraan itu nantinya bakal membuat Grab memiliki layanan keuangan baru seperti pinjaman dan asuransi  pada aplikasinya.

MUFG bakal mengantongi saham Grab, tetapi presentasi saham tak diketahui. Sedangkan Grab akan membantu bank tersebut mengembangkan aplikasi yang akan memberikan pelanggan akses ke berbagai layanan harian.

(Baca: GoLife Tutup Mayoritas Layanan, Bagaimana Nasib Para Mitra?)

Namun, kedua perusahaan belum memberikan konfirmasi terkait kabar itu. Akan tetapi, kesepakatan kemitraan itu diperkirakan rampung pada pertengahan tahun ini.

Sedangkan Gojek baru saja membeli sebagian saham Blue Bird. Startup penyedia layanan on-demand itu juga memperpanjang kerja sama dengan perusahaan operator taksi tersebut.

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan, kolaborasi itu akan memperkuat layanan transportasi dan pembayarannya, yakni GoPay. Lagi pula, untuk menjadi penyedia layanan on-demand terbesar di Asia Tenggara, perusahaan butuh mitra yang kuat. “Yang memungkinkan kami meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” katanya dalam siaran pers, akhir pekan lalu (21/2).

(Baca: Gojek Klaim GoFood Kuasai Pangsa Pasar di Asia Tenggara)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan