Perusahaan layanan teknologi finansial (fintech) pembayaran OVO tidak merasa khawatir dengan penurunan nilai investasi pada unicorn. OVO menilai unicorn apalagi yang bergerak di sektor pembayaran digital potensinya sangat besar.
Pada tahun lalu investasi ke startup skala besar atau unicorn seperti OVO, Gojek, ataupun Tokopedia mengalami penurunan. Investor banyak berinvestasi pada startup kecil dengan potensi arus kas (cash flow) yang cepat.
Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menyatakan tidak khawatir dengan tren penurunan itu. "Untuk investasi, OVO animonya masih besar sekali," kata Karaniya di Jakarta pada Rabu (19/2).
(Baca: Unicorn Minim Suntikan, Investasi ke Startup Indonesia Anjlok 40,3%)
Ia menganggap, investor tetap melirik startup yang sudah masuk unicorn seperti OVO apalagi potensi bisnis di sektor pembayaran digital yang masih sangat besar. "Penetrasi uang elektronik masih 7,5%. Jadinya animo (investasi) cukup besar," ujar dia.
Hal senada juga dikatakan ekonom senior yang baru saja diangkat menjadi Presiden Komisaris OVO Mirza Adityaswara. Menurutnya investor apalagi dari luar negeri akan melihat pangsa pasar di sektor digital Indonesia yang terus berkembang.
"Saya tidak khawatir investasi (unicorn) itu akan menurun," kata dia. Meski demikian, ia mengingatkan agar unicorn-unicorn juga harus memikirkan model bisnis yang berkelanjutan. "Investor juga ingin melihat berapa tahun ia (startup) menjadi profitable," kata mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu.
Cento Ventures mencatat peningkatan investasi pada startup kecil dan menengah sepanjang 2019. Hal itu terlihat dari kesepakatan investasi di bawah US$ 500 ribu naik dari 114 pada 2018 menjadi 255 transaksi.
Suntikan modal sekitar US$ 500 ribu-US$ 2 juta naik dari 92 menjadi 136 transaksi pada 2019. Investasi senilai US$ 2 juta-US$ 5 juta juga meningkat dari 54 menjadi 89 transaksi pada tahun lalu.
(Baca: Eks Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara Jadi Presiden Komisaris OVO)
Di sisi lain, kesepakatan pendanaan lebih dari US$ 50 juta justru turun dari 20 menjadi 16 pada 2019. Investasi dengan nilai yang besar ini menyasar startup yang valuasinya besar seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak dan OVO.
Nilai investasi yang masuk ke startup Indonesia menurun 40,3% dari US$ 3,99 miliar pada 2018 menjadi US$ 2,38 miliar (sekitar Rp 32,54 triliun) tahun lalu. Meski begitu, jumlah kesepakatannya meningkat.
Berdasarkan data Cento Ventures, jumlah pendanaan naik dari 104 pada 2018 menjadi 131 kesepakatan tahun lalu. Itu artinya, investasi yang masuk ke startup Indonesia lebih banyak yang nilainya kecil.
(Baca juga: Grup Lippo Pertimbangkan Jual Saham OVO Lewat IPO)