Kominfo Pesimistis RI Merdeka Sinyal Tahun Ini Meski Ada Palapa Ring

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi, petani mencoba koneksi internet menggunakan wifi di tengah persawahan di desa Melung, kecamatan Kedung Banteng, Banyumas, Jawa Tengah.
6/2/2020, 10.39 WIB

Pemerintah memang telah menyelesaikan pembangunan proyek Palapa Ring tahun lalu. Meski begitu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pesimistis Indonesia bisa merdeka sinyal tahun ini.

Penyebabnya, infrastruktur telekomunikasi saat ini belum dapat menjangkau semua kecamatan dan desa di seluruh Indonesia. “Secara realistis, merdeka sinyal diartikan semua wilayah Tanah Air dan menjangkau seluruh rakyat, tidak mungkin di tahun ini,” kata Menteri Kominfo Johnny Plate di Gedung DPR, kemarin (5/2).

Menteri Kominfo sebelumnya, Rudiantara menargetkan seluruh masyarakat Indonesia menikmati layanan telekomunikasi pada tahun ini. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah membangun infrastruktur seperti Base Transceiver Station (BTS), fiber optik hingga satelit.

Infrastruktur lengkap mulai dari palapa ring hingga satelit itu disebut Tol Langit. Hal itu dilakukan untuk menyediakan akses telekomunikasi hingga ke wilayah terdepan, terluar, dan terbelakang (3T). 

(Baca: Internet Lambat meski Ada Palapa Ring, Jokowi Janjikan 4 Ribu BTS Baru)

Namun, Johnny Plate menilai target merdeka sinyal tahun ini sulit terwujud. Meski demikian, program penyediaan infrastruktur telekomunikasi terus dilakukan dengan menambah last mile, microlink, dan BTS seiring Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024. 

Operator seluler juga dipastikan akan terus meningkatkan kualitas layanan dari 3G hingga 5G. "Ini kan terus membangun dalam rangka memerdekakan sinyal," ujar Johnny.

Berdasarkan roadmap program konektivitas digital Kementerian Kominfo, penyediaan jaringan telekomunikasi seluler di wilayah blank spot baru 1.606 site BTS pada tahun ini. Pada 2023 diprediksi akan mencapai 5.053 site BTS.

Pada tahun lalu, fiber optik memang sudah menjangkau 100% provinsi di Indonesia. Tetapi jika diperinci, fiber optik baru sampai di 79,5% dari total 514 kabupaten/kota di Tanah Air. Bahkan, di tingkat kecamatan hanya 35,7% dari total 7.175.

Pembahasan Pendanaan Satelit Satria Terkendala Virus Corona

Untuk menjangkau daerah terpencil dan terluar Indonesia, pemerintah menyiapkan palapa ring hingga satelit seperti Satelit Republik Indonesia (Satria). Namun, Kementerian Kominfo masih menyiapkan pendanaan akhir (financial closing) bantuan bank asing untuk mendanai Satria.

Pendanaan itu ditarget rampung pada kuartal pertama tahun ini. Lagi pula, pemerintah sebelumnya juga menargetkan Satelit Satria baru akan mulai digunakan pada 2022.

Johnny G Plate mengatakan pemerintah membutuhkan dana Rp 6,4 triliun. Saat ini, baru dua bank asing yaitu Banque publique d'investissement (BPI) dari Prancis dan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) asal Tiongkok yang bersedia mendanai.

"Financial closing belum dilakukan karena sindikasi yang kompleks dan rumit melibatkan beberapa negara," ujar Johnny. (Baca: Pemerintah Teken Perjanjian Kerja Sama Satelit Satria)

Selain itu, pembahasan terkait pendanaan Satria dengan investor asing terkendala virus corona. "Malam ini (5/2) juga pintu komunikasi dan transportasi akan ditutup karena corona," kata dia. Padahal, pemerintah butuh komunikasi yang jelas untuk merampungkan financial closing tersebut.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif menambahkan, Satria targetnya sudah bisa dikomersialisasikan pada 2023. Monetisasi akan berjalan selama 15 tahun, sampai 2038.

"Palapa Ring melibatkan bank-bank nasional, kalau Satria pendanaannya dari asing. Karena 90% komponen dari asing maka proses sangat ketat," kata Anang. Satria akan memakai roket dari SpaceX, Falcon 9. Roket itu yang nantinya akan mengangkut Satria ke slot orbit 146 derajat Bujur Timur.

(Baca: Tol Langit, Kombinasi Palapa Ring dan Satelit Internet)

Proyek Satelit Satria dimenangkan oleh Konsorsium PSN yang membentuk PT Satelit Nusantara Tiga. Perusahaan itu yang kemudian akan menjalankan kegiatan Satria setelah beroperasi.

Satelit Satria multifungsi kapasitas 150 GB. Satelit ini diproyeksikan pemerintah untuk menutup blank spot di wilayah Indonesia Timur, Tengah dan Utara. Satria akan memberikan layanan internet yang dipakai untuk pendidikan, kesehatan, dan pertahanan.

(Baca: Pemerintah Siapkan Rp 20 Triliun untuk Satelit Indonesia Raya)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan