Unicorn Bukalapak menjelaskan alasan perusahaan lebih memilih merekrut sumber daya manusia (SDM) lokal dibandingkan asing. Perusahaan juga memilih mengembangkan pusat riset di Bandung, bukan di negara lain seperti yang dilakukan sejumlah perusahaan rintisaan atau startup lain.
Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid mengatakan, beberapa perusahaan digital memang memilih untuk merekrut SDM asing dan membuat kantor riset di luar negeri karena talenta yang dibutuhkan di Indonesia tidak cukup tersedia. Sementara itu, negera-negara seperti India, Vietnam, dan Amerika Serikat memiliki pasokan talenta yang melimpah karena profesi industri digital di negara tersebut sudah lebih matang.
"Kalau di Indonesia, saya mau cari sofware engineer yang punya pengalaman handle puluhan juta user misalnya, ya saya cuma bisa mendapat dari unicorn lainnya. Jadi sekecil itu talent pool yang bisa kita peroleh," ujar Fajrin dalam Indonesia Data and Economic Conference (IDE 2020) yang diselenggarakan oleh Katadata di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1).
(Baca: Bos East Ventures Sarankan Startup Jangan Dulu Cari Untung)
Untuk kebutuhan talenta seperti itu, pihaknya memilih untuk merekrut beberapa diaspora atau orang Indonesia yang sebelumnya bekerja di luar negeri dan memiliki pengalaman yang dibutuhkan. Ia juga mengakui masih merekrut sejumlah orang asing dalam jumlah yang terbatas.
"Kami fokuskan kebutuhan talenta di Indonesia, karena sebenarnya masih ada lulusan dari universitas ternama yang mempunyai kemampuan basic," jelas dia.
(Baca: Sasar Pemerintah dan Korporasi, Lini Bisnis Bukalapak Ini Tumbuh 400%)
Menurut Fajrin, perusahaan hanya perlu 'memoles' mereka dengan berbagai pelatihan sehingga bisa memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan. "Inilah yang sebenarnya Bukalapak lakukan," ujar dia.
Bukalapak sebelumnya meresmikan kantor pusat riset di Bandung akhir 2018. Perusahaan pun bekerja sama dengan ITB untuk membuka pusat inovasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan komputasi awan (Cloud Computing) di Bandung.
Pusat riset ini disediakan untuk mahasiswa, dosen, dan peneliti Indonesia, khususnya di ITB. Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky mengatakan, perusahaannya merupakan unicorn pertama yang mendirikan pusat inovasi untuk riset dan pengembangan bagi mahasiswa. Unicorn adalah sebutan bagi startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar.