Ada 2.300 Penipuan Mirip Kasus Maia Estianty, Ini Tiga Langkah Gojek

Katadata/desy setyowati
Ilustrasi, tampilan notifikasi terkait peringatan untuk menghindari penipuan melalui fitur percakapan di aplikasi Gojek.
23/1/2020, 18.07 WIB

Kepolisian RI mencatat, ada 2.300 laporan terkait penipuan yang mirip dengan kasus pembobolan akun Gojek Maia Estianty pada 2019. Gojek pun menyiapkan tiga langkah antisipasi, salah satunya merilis fitur penyamaran nomor telepon.

AKBP Dhany Aryanda menilai, jumlah laporan terkait penipuan dengan modus social engineering itu jauh lebih besar dibanding kejahatan lain. “Ini sangat ekstrem,” kata dia di Jakarta, Kamis (23/1).

Modus social engineering yaitu pelaku memengaruhi psikologi pengguna supaya mau memberikan kode One Time Password (OTP) ataupun mengikuti instruksi mereka. (Baca: Ahli IT: Bahaya, Peretas Akun Gojek Maia Estianty Pakai Call Forward)

Selebritas Maia Estianty misalnya, diminta menghubungi kode USSD tertentu yang ternyata merupakan fitur pengalihan panggilan (call forward). Pelaku pun bisa mengakses ponsel korban.

Dhany mencatat, jumlah laporan terkait penipuan dengan modus social engineering itu terus meningkat. Kerugian korban yang melapor bervariasi, mulai dari Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah. Bahkan, ada yang dibobol tujuh kartu kreditnya.

Chief Information Security Officer Gojek George Do mengatakan, pelaku yang beroperasi dengan modus social engineering kerap mengincar pengguna layanan berbasis digital. Modus ini dinilai lebih mudah dilakukan, ketimbang meretas (hack) sistem teknologi.

"Maka kami membuat sejumlah opsi (sistem keamanan),” ujar George. Setidaknya, ada tiga hal yakni fitur penyamaran nomor telepon, memperketat enkripsi, dan mengedukasi pengguna.

(Baca: Empat Tips Hindari Akun Gojek Diretas Seperti Maia Estianty)

Gojek mengirimkan surat elektronik (email) kepada pengguna, terkait fitur baru yaitu penyamaran nomor telepon. Namun, fitur itu baru tersedia untuk layanan GoCar dan GoCar L.

“Nantinya akan dapat digunakan secara bertahap di layanan GoRide,” demikian dikutip dari email tersebut. Fitur itu bertujuan menghindari penyebaran nomor telepon baik mitra pengemudi maupun pengguna.

Untuk mencoba fitur baru itu, pengguna harus memperbarui (update) aplikasi Gojek terlebih dulu. Dengan fitur ini, konsumen akan menerima telepon dari mitra pengemudi yang nomor teleponnya disamarkan. Misalnya, berawalan 021.

Selain itu, pengguna akan mendapat notifikasi berisi imbauan untuk menghindari penipuan dengan modus social engineering. Katadata.co.id pun menelurusi layanan baru ini. 

(Baca: Ahli IT Ungkap Ciri-ciri Nomor Ponsel Dibajak Peretas)

Ketika Anda memesan GoFood misalnya, pada fitur percakapan akan muncul pesan tersebut. “Lindungi dirimu dari penipuan. Pembayaran order melalui GoPay akan dipotong otomatis dari saldo Anda. Jangan transfer uang/GoPay tambahan kepada driver, merchant, atau pihak yang mengaku dari Gojek,’ demikian dikutip dari pesan tersebut.

Setidaknya, Gojek memberikan enam tips agar pengguna terhindar dari penipuan. Pertama, menggunakan pin untuk menjaga keamanan transaksi. Kedua, segera menghubungi layanan pelanggan Gojek apabila ada transaksi yang mencurigakan.

Ketiga, tidak pernah memberikan kode verifikasi, OTP, dan pin yang bersifat rahasia ke siapapun, bahkan pihak yang mengaku Gojek. Keempat, jangan pernah memberikan informasi data pribadi seperti KTP, nomor kartu debit dan kredit kepada pihak yang mengaku sebgai Gojek.

Kelima, tidak bertransaksi di luar aplikasi Gojek. Keenam, jangan percaya dan menuruti permintaan yang mengaku mitra driver atau merchant Gojek untuk menekan atau menelepon nomor berawalan *21*,*22,*500, dan lainnya dengan alasan apapun.

(Baca: Marak Penipuan Lewat Akun Mitra Pengemudi, Gojek Siapkan Teknologi)

Reporter: Cindy Mutia Annur