Startup pendidikan Zenius bakal menggratiskan 80.000 video pembelajaran mulai akhir tahun ini. Dengan upaya ini, Zenius menargetkan peningkatan jumlah pengguna dari yang sudah ada saat ini sebanyak 11,8 juta.
Co-Founder Zenius Education Sabda PS mengatakan, siswa maupun guru bisa mengakses 80.000 video pembelajaran ini secara gratis setelah mengunduh aplikasi mobile Zenius. Sebelum mendapatkan video pembelajaran, pengguna diminta untuk registrasi dan verifikasi terlebih dahulu.
Platform teknologi pendidikan (edutech) tersebut akan menggratiskan ribuan video pembelajaran untuk menggaet lebih banyak lagi siswa agar tertarik belajar menggunakan aplikasinya. "Buat yang pertama kali memakai Zenius bisa ketagihan belajar. Kami memikirkan impact ke depan," kata Sabda di Jakarta, Rabu (18/12).
(Baca: Startup Pintek Bidik Pendanaan Lembaga Pendidikan dan Layanan Syariah)
Dia berharap, tahun depan pengguna Zenius terus melonjak. Perusahaan mencatat, hingga saat ini, total sudah ada 11,8 juta pengguna Zenius di lebih dari 300 kota. Jumlah pengguna di tahun ajaran 2018/2019 ini meningkat 10 kali lipat dibanding masa belajar periode sebelumnya.
Meski demikian, dirinya enggan menyebut sampai kapan ribuan video pembelajaran itu akan digratiskan.
Bagi pengguna yang tidak memiliki konektivitas internet, dapat mengumpulkan video yang diinginkannya ke dalam Zenius Box. Dengan demikian, Zenius Box tinggal disimpan di kelas, siswa dan guru bisa mengakses video pembelajaran meskipun tanpa internet.
(Baca: Startup Pendidikan, Zenius Dikabarkan Dapat Investasi Rp 283 Miliar)
Sabda mengatakan, Zenius berencana menambah jumlah video pembelajaran pada tahun depan. Dalam setahun ini, Zenius bisa menghasilkan lebih dari 10.000 video pembelajaran.
Sementara terkait rencana bisnisnya ke depan, Sabda mengatakan, perusahaan masih akan berfokus di pasar di dalam negeri. Padahal, pesaingnya yakni Ruangguru sudah merambah Vietnam.
Begitu juga ketika edutech lainnya menyasar pekerja dan program vokasi, Zenius mengaku akan fokus pada penyediaan video pembelajaran dari mulai SD sampai SMA. "Target kita semua pelajar di Indonesia," ujar Sabda.