Menkominfo Berharap Nadiem Masukan Keahlian Digital dalam Kurikulum

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, pameran startup teknologi dan inovasi industri anak negeri di Hall B JCC, Jakarta, pada Kamis (3/10).
9/12/2019, 18.50 WIB

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate berharap, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memasukan beragam keahlian terkait digital dalam kurikulum. Keterampilan itu seperti pemrogaman (coding), big data hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Ia mengatakan, Indonesia butuh lebih banyak talenta digital ke depannya. “Tidak hanya coding, kemampuan digital lainnya seperti big data itu perlu,” kata Johnny di Jakarta, hari ini (9/12).

Johnny mengakui bahwa penetapan kurikulum merupakan wewenang Nadiem. Namun, berdasarkan data McKinsey and Company, Indonesia kekurangan 600 ribu talenta digital setiap tahunnya. Pada 2030, kekurangan itu diprediksi mencapai 9 juta orang.

Karena itu, menurut dia penting bila keahlian terkait digital masuk ke dalam kurikulum. “Itu sebagian dari tugas yang harus disiapkan Indonesia. Kominfo ambil inisiatif melalui beasiswa,” kata Johnny.

(Baca: Ini Tantangan Nadiem Sebagai Mendikbud di Era Digital)

Kementerian Kominfo telah memberikan beasiswa terkait digital kepada 25 ribu peserta pada tahun ini. Kementerian berencana meningkatkan jumlah peserta menjadi 50 ribu pada 2020.

Program beasiswa tersebut dikerjakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Kominfo. "Ini (beasiswa) tidak banyak, tapi bagian dari komitmen. Ini untuk memenuhi kekurangan talenta digital per tahunnya," kata Johnny.

Di Singapura, pemerintahnya menerapkan program Code For Fun (CFF) pada 2020. Seluruh siswa sekolah dasar (SD) di negeri jiran itu pun akan mempelajari pemrograman alias coding tahun depan.

(Baca: Singapura Terapkan Pelajaran Pemrogaman Bagi Siswa SD pada 2020)

Program tersebut dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA). CFF tengah diuji coba di beberapa SD di Singapura, tahun ini. Setelah menjalani ujian kelulusan Primary School Leaving Examination (PSLE), siswa mendapat pelajaran mengenai pemrogaman selama 10 jam.

Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Iswaran mengatakan, negaranya ingin membangun ekonomi digital. “Ini adalah visi keseluruhan kami untuk menciptakan digitalisasi yang inklusif, sehingga bermanfaat bagi semua warga Singapura,” katanya dikutip dari The Independent pada Juli lalu (12/7).

Apalagi, menurutnya ada dua hal penting yang harus diantisipasi saat ini. Pertama, perkembangan teknologi. Kedua, potensi perang dagang seperti yang terjadi antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Karena itu, menurut dia, pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi penting untuk dilakukan. “Kami harus bisa menanggapi hal-hal yang tidak terduga dan juga mengambil peluang tak terduga saat bergerak maju. Kami harus beradaptasi dengan realitas baru,” katanya.

Di Indonesia, Nadiem mengkaji perlu tidaknya mata pelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Bahkan, mantan bos Gojek itu mendalami kemungkinan masuknya coding dalam kurikulum.

(Baca: Tiga Pesan Mendikbud Nadiem kepada Google dan Para Unicorn Tanah Air)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan