Co-CEO Gojek Siapkan IPO di Dua Negara, Ada Tiga Syaratnya

Gojek
Bos baru Gojek Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo. Gojek kaji IPO dengan skema dual listing.
Penulis: Desy Setyowati
25/10/2019, 08.28 WIB

Pengganti Nadiem Makarim, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan, perusahaannya mulai mengkaji peluang penjualan saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) yang pencatatan sahamnya di dua bursa saham (dual listing . Tujuan utamanya adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).

Namun, ia enggan berkomentar perihal bursa efek mana lagi yang akan dipilih. "Salah satu tujuan kami IPO dengan skema dual listing adalah untuk menjadi perusahaan global ," kata Andre yang didampingi Co-CEO Gojek lainnya, Kevin Aluwi, di Jakarta, Kamis (24/10) malam.

Tapi, ia menegaskan IPO itu tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Sebab, ada tiga pertimbangan dalam memutuskan waktu pencatatan saham Gojek. Pertama, melihat kondisi ekonomi dan bursa saham yang kondusif untuk IPO. 

Kedua, mendorong terus tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) dan transparansi di dalam tubub Gojek. Sebab, hal ini menjadi kewajiban sebuah perusahaan publik. 

Kevin menambahkan, Gojek terbantu dengan kehadiran CEO PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir (Boy Thohir) sebagai Komisaris Utama Gojek saat ini. Selain itu, salah satu investor Gojek yakni PT Astra Internasional Tbk merupakan perusahaan publik terkemuka di BEI.

(Baca: Peluang IPO di Mata Gojek dan Grab)

Terakhir, Gojek akan terus meningkatkan kinerjanya terlebih dahulu agar bisa tumbuh berkesinambungan. Salah satu upayanya adalah strategi pemasaran yang lebih selektif menyasar segmen tertentu. Dengan begitu, kinerja perusahaan bis alebih efisien dan menghasilkan keuntungan. "Kalau buku (laporan keuangan) kami sudah biru (menghasilkan laba), IPO bisa dilakukan," kata Andre.

Sebelumnya, Andre juga mengatakan bahwa IPO belum menjadi kebutuhan mendesak saat ini. “Kami memiliki modal yang cukup untuk melanjutkan perjalanan (bisnis),” kata dia dalam acara Asia PE-VC Summit 2019 dikutip dari DealStreetAsia, beberapa waktu lalu (2/10) lalu.

Meski begitu, Andre menyatakan bahwa perusahaan mempertimbangkan IPO. “Mungkin tiga tahun lagi. Saya pikir, intinya adalah kami sedang mempersiapkan diri untuk sampai ke sana. Bukan hanya karena IPO itu sendiri, tetapi karena tata kelola memang perlu jauh lebih baik,” kata dia.

(Baca: Fokus Pertumbuhan Bisnis, Kapan Gojek Berhenti ‘Bakar Uang’?)

Apalagi, Chief Financial Officer (CFO) Gojek pernah bekerja di perusahaan terbuka. “Dia melakukan banyak hal untuk mempersiapkan Gojek menjadi lebih baik,” kata dia. Utamanya, Gojek berfokus pada keberlanjutan bisnis.

Saat ini, Gojek mempelajari IPO beberapa startup dunia, bukan hanya Uber dan Lyft. Salah satunya, akan ada pesaing-pesaing baru. “Bahkan di Tiongkok, Didi adalah pemain tunggal di pasar. Tetapi sekarang ada tiga dari empat pemain lainnya. Jadi selalu ada kompetisi,” kata dia.

Pembelajaran lainnya, harga saham startup pesan-antar makanan hingga tiket online, Meituan-Dianping mampu meningkat signifikan meski bersaing dengan Ele.me, yang didukung Alibaba. Dari kasus ini, Andre belajar bahwa perusahaan perlu berfokus pada efisiensi operasional, produk yang benar-benar bagus, dan disiplin dalam membangun keberlanjutan bisnis.

Adapun aplikasi Gojek diunduh 155 juta kali per Juni 2019. Decacorn Tanah Air ini juga menggaet 400 ribu mitra penjual dan 60 ribu penyedia layanan di Asia Tenggara. Perusahaan penyedia layanan on-demand ini juga telah ekspansi ke Singapura, Vietnam, dan Thailand. Di Filipina, Gojek masuk lewat startup lokal, Coins.ph.

(Baca: Nadiem Masuk Kabinet Baru Jokowi, Gojek Tunjuk Penggantinya)

Reporter: Yura Syahrul