Bukalapak diterpa kabar pemutusan hubungan karyawan (PHK) di perusahaan tersebut secara besar-besaran. Unicorn Tanah Air itu menanggapi PHK karyawan merupakan bagian dari penataan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sebagai hal yang wajar di perusahaan manapun.
"Tentunya sudah lazim untuk perusahaan manapun melakukan penataan internal secara strategis untuk mendukung implementasi strategi bisnisnya. Demikian pula dengan Bukalapak," kata Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono kepada Katadata.co.id, Selasa (10/9).
(Baca: Gaet Bukalapak, Railink Bidik 15 Ribu Penumpang per Hari pada 2020)
Ia mengatakan, perusahaannya tumbuh signifikan dalam kurun waktu yang singkat. "Tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company," kata dia.
Langkah seperti ini, kata dia, untuk menjamin visi Bukalapak ke depan. Utamanya, agar perusahaan bisa terus tumbuh berkelanjutan dalam jangka panjang.
Sebelumnya, CEO Bukalapak Achmad Zaky juga dikabarkan bakal mundur dari posisinya saat ini, dan digantikan oleh Fajrin Rasyid. Namun, Intan mengatakan, sepengetahuannya belum ada rencana perubahan jajaran pimpinan.
Sedangkan Achmad Zaky sempat menyampaikan bahwa annualized run rate (ARR) total transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) perusahaannya diprediksi mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 70 triliun selama 2019. ARR adalah perkiraan penjualan yang mengacu pada penghasilan hingga paruh pertama tahun ini.
(Baca: Bukalapak Target 2 Juta Warung Adopsi Standardisasi Kode QR Tahun Ini)
“Perusahaan kami merasa bersyukur dapat kembali menorehkan capaian yang berarti bagi mitra penjual kami,” kata dia dalam siaran persnya, beberapa waktu lalu (1/8). Saat ini, Bukalapak menggaet lebih dari empat juta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar ini juga memiliki lebih dari dua juta pedagang offline yang disebut mitra Bukalapak. Mitra berupa warung dan wirausaha mandiri ini sudah hadir di 477 dari 514 kota dan kabupaten di Indonesia. Zaky mencatat, jumlah pelanggan warung Mitra rerata dua kali lebih banyak dari pengunjung toko di pusat perbelanjaan.
E-commerce tersebut pun menargetkan bisa merangkul 2,5 juta warung dan wirausaha mandiri tahun ini. Toko kelontong yang bergabung di Bukalapak, kata Zaky, bisa menjual produk digital seperti token listrik, pulsa, PDAM, BPJS, hingga tiket kereta.
"Hal ini membuat kesempatan untuk meningkatkan keuntungan bisnis juga semakin besar," katanya. Bukalapak mengklaim, penjualan token listrik selama sebulan melalui mitra, bisa menerangi lebih dari 800 ribu rumah di Indonesia.
(Baca: Suksesi Bukalapak, CEO Achmad Zaky Disebut Akan Diganti Fajrin Rasyid)
Unicorn ini juga sudah merilis layanan ekspor, yang disebut BukaGlobal. Dengan begitu, produk buatan UMKM di Indonesia bisa dijual ke konsumen di Malaysia, Taiwan, Brunei Darussalam, dan Hong Kong.
“Kami ingin menciptakan dampak yang lebih luas dan lapangan kerja yang lebih banyak. Melakukan transformasi teknologi agar lebih banyak orang memiliki akses terhadap berbagai layanan finansial,” kata Zaky.
Ia juga ingin menggaet lebih banyak UMKM supaya bisa berjualan secara online. “Kami juga ingin membantu pemerintah mewujudkan e-government,” kata dia. Apalagi, Bukalapak berencana menyediakan fitur bayar dan lapor pajak pada Kuartal III 2019.
(Baca: Bukalapak Berambisi Sandang Status Decacorn Tahun ini)