Pemerintah tengah menyelesaikan Proyek Palapa Ring untuk menghubungkan 514 kabupaten dan kota melalui koneksi internet. Namun, masih banyak daerah pelosok yang masuk wilayah terluar kesulitan mendapatkan akses internet. Untuk itu, kehadiran satelit telekomunikasi masih diperlukan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (Bakti) menjadi solusi untuk ketersediaan internet di daerah terpencil.
"Bakti membangun fasilitas yang tidak dibangun operator, sudah ada 4.111 titik (terhubung) melalui satelit yang sudah kami bangun," kata Rudiantara meninjau akses internet yang baru masuk di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Detusoko, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia menjelaskan, NTT merupakan salah satu yang termiskin, setelah Papua dan Papua Barat. Di NTT, sudah ada 480 titik yang terhubung internet berbasis satelit.
(Baca: Pemerintah Siapkan Rp 20 Triliun untuk Satelit Indonesia Raya)
Dia menjelaskan, Indonesia memiliki 214 ribu sekolah, 83 ribu kantor desa, 5 ribu pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit daerah, 5 ribu kantor polisi resor (polres), serta 5 ribu kantor komando rayon militer (koramil). Sehingga, dia berharap satelit internet bisa mengakomodasi kebutuhan daerah pelosok.
Dia menambahkan, pemerintah berfokus pada pendidikan untuk penyediaan internet yang mencakup 56% dari hasil pembangunan Bakti. Di SMA Negeri Detusoko, Bakti bekerja sama dengan PT Skyreach untuk pengadaan internet. "Sebagian lagi ada di Puskesmas, sisanya menyebar di kantor desa atau sarana publik," ujar Rudiantara.
Menurutnya, pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS) oleh pemerintah tetap memerlukan operator swasta sebagai penyedia internet. Namun, perhitungan keekonomian fasilitas transmisi sinyal tidak terlalu menarik untuk perusahaan penyedia data internet, apalagi di daerah terpencil.
(Baca: Infrastruktur Langit, Menghubungkan Nusantara dengan Palapa Ring)
Sehingga, penyediaan Satelit Indonesia Raya (Satria) senilai Rp 20 triliun tahun 2022 menjadi salah satu solusi pemerintah untuk melengkapi jangkauan Palapa Ring. Sebelum itu, pemerintah masih akan meminjam kapasitas internet satelit dari lima perusahaan sambil menunggu Satria siap operasional.
Anggota Komisi Komunikasi dan Informatika Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fraksi PDI-Perjuangan Andreas Hugo Pareira mengungkapkan, kepemilikan gawai untuk komunikasi akan percuma kalau tidak ada sinyal. "Kita tidak boleh malu-malu, semoga ketersediaan internet jadi lebih baik," kata Andreas.
Siswi Kelas XI SMA Negeri Detusoko Apolonia Elsania menjelaskan, internet telah membantu proses belajarnya. Sebab, internet melengkapi apa yang ada di buku dan diajarkan para guru.
President Skyreach Jo Rudy Haryoto mengungkapkan, sinyal internet di SMA Negeri Detusoko dipancarkan dari Stasiun Bumi di Cikarang dan disalurkan lewat satelit. Setelah ‘ditangkap’ oleh antena yang ada di sekolah, internet disalurkan melalui jaringan nirkabel kepada para siswa.
(Baca: Akhir Bulan Ini, Jaringan 4G XL Jangkau Kepulauan Anambas)
Rudy menjelaskan, kerja sama Bakti dan Skyreach sudah menjaring lebih dari 200 titik di NTT. "Secara nasional kerja sama dengan Bakti sekitar 300 lokasi, untuk penyediaan di Indonesia kami punya sekitar 800 titik," ujarnya.
Dia menyebutkan, ongkos yang dibayarkan oleh Bakti kepada Skyreach untuk penyediaan internet di SMA Negeri Detusoko sekitar Rp 15 juta per bulan. Angka ini berlaku juga untuk titik lain dengan kecepatan koneksi 2 megabit per detik. Dia juga menyebutkan, total kapasitas Skyreach mencapai ratusan megabit per detik.