Kormo, Proyek Eksperimental Google untuk Pencari Kerja

Katadata/Michael Reily
Peluncuran aplikasi Kormo di Jakarta, Rabu (13/3).
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
13/3/2019, 18.00 WIB

Aplikasi Kormo bentukan Area 120 - lokakarya untuk proyek eksperimental Google - mulai masuk ke Indonesia. Kormo menyediakan fitur rating bagi pelamar kerja dan perusahaan penyedia lowongan sehingga ada transparansi sistem perekrutan.

Founder dan Lead Kormo Bickey Russel menyatakan proses pencarian pekerjaan di negara berkembang masih sangat memakan waktu, dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. Saat ini Kormo telah hadir di Indonesia dan bangladesh.

"Tantangannya adalah penyamaan kualifikasi sesuai kebutuhan, kami coba menghubungkan pencari dan pelamar kerja setepat mungkin," kata Bickey di Jakarta, Rabu (13/3).

Dia menyebutkan ada empat fitur utama yang membedakan Kormo daripada platform pencarian kerja digital lain. Keunggulan utama adalah transparansi proses seleksi kerja dengan sistem nilai bagi pelamar dan penyedia pekerjaan.

Kormo memberikan notifikasi kepada pelamar kerja dan penyedia lowongan secara realtime, serta mekanisme pekerjaan dari pendaftaran hingga penerimaan bisa melalui aplikasi. "Kami ingin membuat ekosistem yang transparan dan kepastian yang tepat dalam pencarian kerja," ujar Bickey.

(Baca: Sociabuzz Luncurkan Jejaring Sosial Premium bagi Pekerja Kreatif)

Fitur unggulan kedua Kormo adalah penyediaan jasa pembuatan profil digital bagi pelamar kerja. Sehingga, ada pertimbangan kelengkapan data yang menjadi salah satu rujukan penilaian. Setelah proses pendaftaran, pencari kerja bisa menilai perusahaan dalam tahap lanjutan pendaftaran, begitu juga sebaliknya.

Selain itu, fitur ketiga Kormo adalah pengembangan pengetahuan dan keahlian dalam bentuk modul video atau artikel. Setelah pengguna belajar, ada sistem sertifikat seperti badge yang bisa menjadi salah satu ketentuan penyedia kerja dalam meningkatkan penyesuaian kebutuhan atas tenaga kerja.

Fitur terakhir adalah rekomendasi lowongan kerja sesuai profil pencari pekerjaan. "Aplikasi ini menggunakan machine learning dari Google untuk memberikan penyesuaian paling tepat, semakin sering digunakan akan semakin sesuai," kata Bickey lagi.

Dia menjelaskan, Kormo baru saja melakukan peluncuran pertama di Bangladesh pada enam bulan lalu. Namun, dia mengklaim tingkat keberhasilan Kormo sangat tinggi, yaitu penyediaan 25 ribu pekerjaan unik serta pendaftaran 400 perusahaan aktif dengan tingkat rekrutmen 80%.

Oleh karena itu, Bickey ingin mencoba pasar Indonesia - terutama Jakarta - karena tingkat pekerja informal yang masih cukup besar, yaitu 70,5 juta orang dengan populasi di bawah 25 tahun mencapai 42%. Padahal, penetrasi penggunaan ponsel pintar sudah mencapai 60%. "Kami melihat kesempatan dalam permasalahan untuk membantu pencarian kerja," ujarnya.

(Baca: Studi LinkedIn: Setengah Orang Indonesia Ingin jadi Pengusaha)

Kormo baru bisa diakses melalui Android. Namun, pengembangan penggunaan untuk iOs sedang dalam proses. Pengguna dan penyedia pekerjaan bisa melakukan pendaftaran tanpa pungutan bayaran. Kormo berarti kerja dalam bahasa Bangladesh.

Bickey mengaku belum akan melakukan monetisasi karena aplikasi masih dalam tahap pengembangan awal. Sehingga, Kormo masih mencari peningkatan nilai tambah terhadap pengguna.

Sementara itu, Communications Manager Google Indonesia Feliciana Wienathan mengungkapkan Kormo belum jadi produk resmi Google, namun sebuah inisiatif internal yang mendapatkan restu dari perusahaan. Sehingga, pendanaan masih berasal dari kas Google.

Dia enggan memberitahukan rencana bisnis Google terhadap Kormo ke depan. "Kita lihat pengembangan produk dulu, semua ada tahapannya. Kormo baru kita perkenalkan enam bulan lalu, kita tidak bisa bicara lebih lanjut tentang rencana berikutnya," kata Feliciana.

Reporter: Michael Reily