Anggota Komisi XI DPR Ecky Awal Mucharam sempat khawatir dengan besarnya kepemilikan asing di startup unicorn Indonesia. Namun, Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara menepis kekhawatiran itu.
Rudiantara mengakui, bahwa investor asing memiliki kepemilikan saham yang cukup besar di unicorn Indonesia. "Tapi benefitnya kan lari ke Indonesia," kata dia dalam Indonesia Economic Day 2019 di Jakarta, Kamis (31/1).
Toh, masuknya investor asing ke Indonesia tidak lantas berdampak pada perubahan manajemen usaha. Berbeda bila perusahaan di bidang riil yang bila mendapat investasi dari asing, maka pemegang saham bisa masuk ke jajaran manajerial. "Unicorn, kontrolnya tetap di pendiri," ujarnya.
Ia mencontohkan, kepemilikan Jack Ma di Alibaba hanya sekitar 8%. Sementara investor asal Jepang, Softbank memiliki sekitar 30% saham Alibaba. Begitu pun investor asal Amerika Serikat (AS), Yahoo sekitar 20%.
"(Pemerintah) Tiongkok bilang, uang boleh masuk tapi politik tidak. Maka, Jack Ma tetap punya saham preferensi dalam kontrol hal-hal tertentu," ujarnya.
(Baca: Tumbuh Cepat, Ruangguru Bisa Jadi Unicorn Tahun Depan)
Menurutnya, pola investasi juga diadopsi oleh startup Indonesia. Ia mendorong agar para pendiri startup dan unicorn Tanah Air menjaga kontrolnya atas perusahaan. Dengan begitu, investasi yang diberikan tetap memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia.
Ia juga mendorong Gojek yang saat digadang-gadang bakal menjadi decacorn atau bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar, agar melantai di bursa saham skala dunia. "Apalagi kalau jadi decacorn, dananya dari asing, tapi manfaatnya untuk Indonesia. Bukannya itu nikmat," kata dia.
Selain itu, unicorn atau startup yang melantai di bursa saham Indonesia bisa meningkatkan jumlah kapitalisasi pasar. Sementara decacorn didorong untuk melantai di bursa saham internasional, karena valuasinya yang terlalu besar sehingga sulit untuk diserap pasar di Indonesia.
(Baca: Wapres JK Minta Pelaku E-Commerce Bina UMKM)
Adapun Gojek menutup paruh pertama penggalangan dana US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,1 triliun yang dibuka sejak tahun lalu. Dengan tambahan modal sebesar US$ 920 juta atau setara Rp 12,9 triliun yang sudah masuk kantong, Go-Jek kini makin mendekati status decacorn.
Investor Gojek adalah Tencent Holdings, JD.com, New World Strategic Invesment dari China, Google dari AS, Temasek Holdings dan Hera Capital dari Singapura dan Astra International dan GDP Ventures dari Indonesia.
Lalu, Tokopedia mendapat pendanaan baru senilai US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 16 triliun di akhir 2018. Pendanaan itu dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group, diikuti oleh investor sebelumnya seperti Softbank Ventures Korea dan lainnya.
Hanya, dokumen kepemilikan Tokopedia bocor dan menyebut Softbank sebagai pemilik hampir 40% saham. "Sebagian besar investasi berasal dari Softbank dan sejumlah perusahaan yang terkait (hampir 40%)," demikian dikutip dari Kr-Asia, beberapa waktu lalu (7/12/2018).
Secara rinci, SoftBank Vision Fund (SVF) memiliki 29% saham Tokopedia. SVF ini merupakan perusahaan di bidang investasi di bawah Softbank Corp. Selain itu, Softbank dikabarkan memiliki saham Tokopedia dari perusahaan lainnya seperti SB Global Champ Fund, SB Global Star Fund dan SB PAN-ASIA Fund yakni sekitar 8,8% dari total saham.
Kemudian Traveloka dikabarkan sedang menjajaki putaran pendanaan baru. Bila investasi baru itu sukses diraih Traveloka, valuasinya diperkirakan mencapai US$ 4,1 miliar atau Rp 61,5 triliun. Investornya adalah Expedia, GFC dan Sequoia Capital dari AS, Hillhouse Capital dan JD.com dari China.
Sementara Bukalapak baru saja mendapat tambahan modal dari Mirae Asset Daewoo dan Naver Asia Growth Fund senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 706,6 miliar. Investor Bukalapak di antaranya Ant Financial dari China, Mirae Asset dan Naver Asia dari Korea Selatan, GIC dari Singapura dan Emtek Grup dari Indonesia.