Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan Batam berpeluang menjadi pusat pertumbuhan perusahaan rintisan (startup). Peluang itu tumbuh sejalan dengan kehadiran Nongsa Digital Park yang digadang sebagai kawasan ekonomi digital dan pusat industri kreatif sekaligus menjadikan Batam sebagai innovation hub untuk mendukung implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Pada pertemuan para pemimpin di Bali pada Oktober lalu, Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani Bilateral Investment Treaty. Selain potensi investasi Singapura ke Batam akan semakin besar, Batam juga dibidik sebagai digital bridge Singapura ke Indonesia,” kata Airlangga dalam keterangan resmi di Batam, Kepulauan Riau akhir pekan lalu.
Nongsa Digital Park Batam berada di wilayah startegis yang bisa dijangkau dari kota Batam, Malaysia, Singapura dan Jakarta.
(Baca: Dorong Startup Masuk Bursa, BEI Siapkan Papan Akselerasi)
Menurutnya, Indonesia ke depan diyakini bisa menjadi pusat pengembagan ekonomi digital. Kondisi tersebut akan mendukung visi Indonesia menjadi bagian dari 10 negara besar yang memiliki ekonomi terkuat di dunia pada 2030.
“Kami sedang menghitung, di tahun 2030, kita butuh 17 juta tenaga kerja yang punya literasi terhadap ekonomi digital," ujarnya.
Saat ini, industri manufaktur masih menjadi penopang utama perekonomian Batam, di samping sektor perdagangan dan jasa, serta konstruksi. Namun demikian, industri lain juga mulai berkembang pesat di Batam di antaranya seperti industri digital, pariwisata, dan MRO atau industri perawatan pesawat.
"Kami juga fokus pada pengembangan sektor lain, seperti industri galangan kapal (shipyard), offshore, termasuk migas,” kata dia.
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, industri pengolahan menyumbang 36% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Riau pada triwulan III tahun 2018. Adapun perekonomian Provinsi Kepri pada triwulan III-2018 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp65,19 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp43,68 triliun.
Pada pertemuan Pemimpin Indonesia - Singapura di Kabupaten Badung, Bali pertengahan Oktober lalu Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Lee mengesahkan nota kesepahaman untuk mendorong ekonomi dan keuangan masing-masing negara.
Adapun bidang ekonomi digital juga tak luput dari perhatian Jokowi dan Lee. Secara khusus, Joko Widodo mengutarakan apresiasi atas peluncuran Nongsa Digital Park di Batam pada awal 2018. Kini terdapat 56 perusahaan teknologi dan digital di tempat ini. (Baca juga: Skala Bisnis Startup Lokal Naik Signifikan dalam 5 Tahun)
Pada kesempatan berbeda, Jokowi juga mengingatkan para pelaku usaha rintisan (startup) terus berkembang dan tak tertinggal dari negara lain. Dia pun menginginkan lebih banyak lahir unicorn lokal pada tahun-tahun mendatang.
Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan nilai valuasi bisnis lebih dari US$ 1 miliar. Saat ini, Indonesia memiliki empat unicorn berbasis teknologi digital, yaitu e-commerce Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan Gojek.
"Saya titip agar kita tetap berhati-hati, jangan sampai tertinggal. Yang saya inginkan adalah unicorn Indonesia bisa mengintervensi negara-negara lain, seperti Gojek yang masuk ke Vietnam dengan Goviet," ujarnya saat membuka Ideafest 2018, di Jakarta, Jumat (26/10).
Jokowi mengaku terkejut melihat kehadiran berbagai perusahaan rintisan dengan aneka inovasi gagasan. Dia berpesan, sejalan dengan pesatnya digitalisasi teknologi, pelaku usaha harus mengantisipasi dengan rencana bisnis komprehensif dan bersifat jangka panjang.
Imbauan presiden agar startup Indonesia jangan tertinggal, sembari tetap berhati-hati, seiring dengan munculnya berbagai tantangan dan risiko di era revolusi industri 4.0. Digambarkan bahwa periode ini 3.000 kali lebih cepat daripada revolusi industri sebelumnya.