Dengan jumlah penduduk melebihi 250 juta dan 50,4% di antaranya terkoneksi internet, Indonesia adalah pasar potensial untuk bisnis digital. Hanya, minimnya talenta masih menjadi tantangan bagi startup lokal untuk berkembang.

Asia Head, Internet Investments  International Finance Corporation (IFC) Pravan Malhotra mengatakan, setengah dari populasi Indonesia yang terpapar internet adalah potensi yang tak dapat dipungkiri. Selain itu, adanya 60 juta unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia juga dinilainya menguntungkan bagi e-commerce.

Oleh karenanya, anggota dari Grup Bank Dunia ini fokus berinvestasi di sektor e-commerce khususnya model Business to Business (BtoB). "Saya kira ini adalah area yang menarik untuk kami fokus. Mendorong mereka untuk go-online. Untuk itu, saya menghabiskan banyak (investasi) pada rantai bisnis dan momentum itu," ujarnya dalam acara Tech In Asia di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (23/10).

(Baca juga: Gaet Pasar, Iflix dan Hooq Berlomba Hadirkan Konten Lokal)

Hanya, ia melihat minimnya talenta di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan rintisan untuk berkembang. Sementara pengetahuan mengenai teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan big data sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan masyarakat. "Meski begitu, secara keseluruhan investasi di Indonesia positif," katanya.

Venture Partner, Insignia Ventures Partners Aaron Tan sependapat bahwa talenta di bidang teknologi sangat dibutuhkan. Selain itu, untuk bisa berkembang, startup juga memerlukan tim yang solid. "Yang utama adalah memiliki para pendiri dengan personal yang baik. Masalah lainnya adalah tim yang solid," kata dia.

Dengan produk berbasis teknologi yang tepat, ada banyak persoalan di masyarakat yang bisa diselesaikan dengan teknologi. Ia mencontohkan, Go-Jek mengatasi persoalan kemacetan di Tanah Air. Kini, valuasi Go-Jek diperkirakan mencapai US$ 5 miliar atau setara Rp 70 triliun. "Faktanya, valuasi sangat penting. Dan kami melihat itu," kata Aaron. 

(Baca juga: Minat Besar Bisnis Indonesia Adopsi Artificial Intelligence)

Senada dengannya, Partner, Qiming Venture Partners Helen Wong mengatakan, bahwa modal ventura memperhatikan valuasi sebelum memutuskan investasi. Menurutnya, valuasi startup di Indonesia semestinya terus meningkat.

Bisnis digital di Indonesia yang menurutnya potensial adalah e-commerce, berbagi tumpangan (ride-hailing), financial technology (fintech), dan logistik. "Ada banyak isu seperti transportasi dan pembayaran di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Itu peluang bisnis yang sangat menarik," kata Helen.

Berdasarkan hasil penelitian Google dan AT Kearney pada 2017, dalam lima tahun terakhir investasi pada startup Indonesia naik hingga 68 kali lipat. Sebagai gambaran, pada 2012 investasi pada startup tercatat sebesar US$ 44 juta. Lalu, nilainya naik menjadi US$ 3 miliar pada Agustus 2017. Saat ini nilainya diprediksi sudah jauh lebih besar, seiring dengan kian banyaknya startup yang mendapat suntikan investasi.

Reporter: Desy Setyowati