Firma riset internasional Data Corporation (IDC) mencatat, penjualan ponsel pintar (smartphone) tumbuh 18% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 9,4 juta unit sepanjang Kuartal II-2018. Menariknya, Xiaomi menggeser posisi OPPO menjadi vendor terbesar kedua di Indonesia.
Sepanjang April-Juni 2018, pangsa pasar Xiaomi mencapai 25% dari total penjualan smartphone di Tanah Air. Jumlah tersebut naik signifikan dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar 3%. "Xiaomi muncul sebagai kuda hitam di pasar smartphone Indonesia," ujar analis IDC Risky Febrian dalam laporannya, akhir pekan lalu (7/9).
Rizky menyampaikan, kampanye pemasaran Xiaomi lebih minim dibanding OPPO ataupun Vivo. Kendati begitu, harga yang ditawarkan Xiaomi lebih kompetitif dibanding dua pesaingnya itu. Padahal spesifikasi produk-produknya tak kalah jauh dari pesaing. "Hal ini menjadi nilai lebih tinggi bagi pengguna," katanya.
Oleh karenanya, ia tak heran pangsa pasar Xiaomi tumbuh delapan kali lipat dibanding periode sama tahun lalu. "Dengan strategi (harga murah) ini, Xiaomi secara bertahap menyusul dan memperoleh mindshare dan pangsa pasar yang signifikan," kata dia.
(Baca juga: McKinsey: Pasar E-Commerce RI Melonjak Jadi Rp 910 Triliun pada 2022)
Sebelumnya, Xiaomi berjanji untuk hanya mengambil untung maksimal 5% dari penjualan perangkat keras, termasuk telepon seluler (ponsel). Langkah yang oleh CEO Xiaomi Lei Jun diklaim untuk mewujudkan visi "inovasi untuk semua orang" ini dikritik sebagai strategi marketing belaka.
Sementara itu, OPPO dan Vivo melakukan pemasaran secara agresif. Alhasil, besarnya pengeluaran itu dibebankan kepada konsumen dengan menaikan harga smartphone. IDC mencatat, harga jual rata-rata (average selling price/ASP) untuk ponsel OPPO dan Vivo sekitar US$ 220 sepanjang Kuartal II-2018.
Sementara harga ponsel Xiaomi hanya sekitar US$ 130. Cara Xiaomi memasarkan produknya adalah bekerja sama dengan e-commerce, mengadakan flash sale, dan menggelar acara komunitas. Alhasil, produknya dikenal dari mulut ke mulut dan media sosial.
“Tak seperti OPPO dan Vivo, Xiaomi justru fokus menghadirkan smartphone yang kompetitif dari segi spesifikasi dan harga, sehingga masyarakat bisa menyisihkan uang lebih,” kata Rizky.
(Baca juga: 5 Tantangan Fintech Menurut OJK)
Sementara, Samsung masih merajai pasar smartphone di Tanah Air. Namun, pangsa pasarnya turun dari 32% menjadi 27% pada Kuartal II-2018. Pangsa3% menjadi pasar OPPO pun turun dari 24% menjadi 18%. Sementara Vivo naik dari 3% menjadi 9%. Lalu, pangsa Advan juga turun dari 9% menjadi 6%.
Kelima perusahaan ini menguasai 85% pangsa pasar smartphone di Tanah Air. Sisanya digarap vendor lain, yang pangsa pasarnya juga turun dari 29% menjadi 15%.