SDM Krisis Kemampuan Teknologi, Perusahaan Pelatihan Banjir Permintaan

ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Pegawai negeri sipil (PNS) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di Balai Kota, Jakarta, Senin (3/7).
Penulis: Desy Setyowati
13/7/2018, 08.00 WIB

Tingginya permintaan masyarakat akan layanan yang praktis saat ini ternyata belum diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) di banyak perusahaan yang memahami perkembangan teknologi. Alhasil, sejumlah perusahaan penyedia jasa pelatihan mengenai teknologi mendapat banjir permintaan.

Secara umum, hal itu terlihat dari riset perusahaan teknologi asal Portugal, Capgemini, yang menunjukkan bahwa hampir separuh dari perusahaan di dunia mengalami kelangkaan SDM di bidang teknologi informasi (IT). Tak ingin kehilangan pelanggan, perusahaan di Indonesia pun mulai meningkatkan kemampuan pegawainya di bidang teknologi.

“Mereka dari swasta, perbankan, dan industri barang konsumsi,” kata Presiden Direktur PT Inovasi Informatika Indonesia (i3) Ronny Christian kepada Katadata di kantor Huawei, Jakarta, Kamis (12/7). (Baca juga: Bisnis Serba Fintech: Menjawab Customer Pains dan Gains).

Bukan hanya pegawai di bidang IT, karyawan yang sering bertemu dengan konsumen juga perlu dilatih agar memahami teknologi. Misalnya, costumer service dan call center. Begitu pula dengan tenaga pemasaran mesti mendapat pelatihan mengenai penggunaan dan fungsi dari teknologi yang diimplementasikan oleh perusahaan. Dengan begitu, konsumen akan lebih memahami keunggulan dari produk dan layanannya.

Selain itu, ada pelatihan terkait penggunaan aplikasi untuk mengjangkau lebih banyak konsumen. Ronny mencatat permintaan perusahaan untuk memberikan pelatihan terkait teknologi kepada pegawai mulai meningkat sejak 2017. (Baca pula: Rudiantara: Dampak Disrupsi Teknologi Indonesia Tak Seakut Eropa).

Dari sektor publik, kementerian/lembaga, serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun mulai gencar memberi pelatihan terkait teknologi. Hanya, Ronny enggan menyebutkan jumlah atau nama instansinya. “Mulai banyak karena ada arahan untuk mengeksplorasi teknologi terkait keamanan, open source, dan big data,” kata dia.

Menurutnya, sebanyak 29 % pegawai merasa kemampuan mereka sudah tidak relevan dengan pekerjaan yang dibutuhkan pada dua hingga tiga tahun ke depan. Namun, banyak perusahaan memilih meningkatkan kemampuan karyawannya ketimbang merekrut pekerja baru.

Sejalan dengan tingginya permintaan itu, Ronny menargetkan pendapatan sebesar Rp 24 miliar tahun ini. Target itu lebih tinggi dibanding realisasi 2017 yang sebesar Rp 14 miliar. Adapun, i3 merupakan anak usaha Computrade Technology International (CTI) Grup, yang bergerak di bidang pelatihan terkait teknologi.

Secara umum, riset Capgemini terhadap 501 perusahaan di dunia menunjukkan bahwa 62 % perbankan mengalami kelangkaan SDM di bidang IT. Lalu 60 % responden di industri barang konsumsi dan retail mengakui adanya kelangkaan itu.

Dalam riset bertajuk 'The Digital Talent Gap: Are Companies Doing Enough? tersebut, 68 % merasa keterampilan terkait keamanan siber sangat dibutuhkan. Lalu 65 % membutuhkan keterampilan cloud computing dan 61 % terkait big data. Adapun riset ini dilakukan pada 2017.