Toyota Motor Corporation (Toyota) baru saja mengumumkan investasi sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 13,9 triliun kepada Grab Holding Inc (Grab). Sementara, Astra yang merupakan distributor Toyota di Tanah Air lebih dulu berinvestasi ke Go-Jek.
Dengan kondisi tersebut, apakah suntikan dana Toyota akan mempengaruhi operasional Grab dan persaingannya dengan Go-Jek di Tanah Air? "Kami tidak dalam posisi memberikan komentar terhadap hal tersebut," ujar GM Head of Corporate Communication Astra International Boy Kelana Soebroto kepada Katadata, Selasa (19/6).
Toyota memang telah cukup lama melirik Grab sebagai aplikator taksi online yang telah beroperasi delapan negara di Asia Tenggara. Kerja sama tahap awal dengan Grab sudah dilakukan Toyota sejak Agustus 2017 lalu melalui Toyota Tsusho Corp.
Dengan tambahan modal yang lebih besar kepada Grab, Toyota tak hanya mengincar pangsa pasar penjualan mobil, melainkan juga memaksimalkan data pengemudi yang dikumpulkan melalui teknologi perekam TransLog. Sistem analisis Toyota itu kini telah dipasangkan di 100 mobil rental Grab.
(Baca juga: Valuasi Go-Jek Dekati Grab yang Telah Beroperasi di 8 Negara)
Data tersebut akan menjadi dasar bagi Toyota dan Grab dalam meluncurkan layanan baru untuk pengemudi. Nantinya, kedua perusahaan akan mengembangkan layanan yang terhubung melalui Toyota Mobility Service Platform (MSPF). Layanan yang akan dirilis ini mencakup asuransi berdasarkan pengguna, program kredit, dan perawatan secara berkala.
Melalui kolaborasi ini, layanan kepada mitra pengemudi bisa meningkat sehingga ongkos asuransi berkurang. Presiden Grab Ming Maa mengatakan, perusahannya juga berencana membuat pola kerja yang efisien dalam akses mobilitas di kota besar di Asia Tenggara. Dengan begitu, pendapatan mitra pengemudi berpotensi meningkat.
Untuk memperkuat kolaborasi strategis, salah satu eksekutif Toyota akan ditunjuk menjadi petinggi Grab. “Kami bangga telah didukung oleh pemimpin dalam industri termasuk Toyoya, Uber, Didi, dan SoftBank,” kata Maa.
Selain Toyota, perusahaan otomotif lainnya yakni Honda Motor hingga Hyundai juga telah menyuntikkan sejumlah dana ke Grab. Selanjutnya, SoftBank Group Corp, yang berinvestasi di perusahaan berbagi tumpangan (ride-hailing) seperti Uber, Grab, Didi Chuxiing, dan Ola Cabs.
Sementara Astra yang berinvestasi US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun ke Go-Jek berkomitmen untuk mendukung unicorn Tanah Air ini untuk berekspansi. Go-Jek kini telah beroperasi di hampir semua pulau besar di Indonesia, kecuali Papua. “Main dealer kami di sana (Papua) kuat, nanti kami bisa kolaborasi,” kata Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra Internasional, beberapa waktu lalu.
(Baca juga: Tak Hanya ke Luar Negeri, Bulan Depan Go-Jek Ekspansi ke 5 Kota Baru)
Selain itu, Prijono menyatakan, Go-Jek juga dapat memanfaatkan 4 ribu unit service center Astra yang tersebar di seluruh Indonesia. “Mungkin bisa membantu tugas Go-Jek untuk melayani konsumen,” ujarnya.
Bisnis Astra dan Go-Jek memang beririsan. Menurut Prijono, setiap tahun Astra menjual sekitar 600 ribu unit kendaraan roda empat dan menguasai 46% pangsa pasar mobil di Indonesia. Sementara pangsa pasar kendaraan roda dua Astra mencapai 75% dengan penjualan sekitar 4,5 juta unit sepeda motor setiap tahun.
Pada tahap awal, kerja sama Astra dan Go-Jek memang pada lini otomotif. Namun tak menutup kemungkinan kemitraan ini akan dikembangkan pada segmen bisnis Astra yang lain. “Lalu ada jasa keuangan, apakah asuransi jiwa, asuransi umum, ataupun leasing,” kata Prijono.
Dari rencana bisnis tersebut, tampak kedua perusahaan besar di bidang otomotif ini ingin memperluas layanan dengan menggaet startup penyedia layanan transportasi berbasis online. Hanya, baik Grab Indonesia maupun Go-Jek Indonesia belum menanggapi langkah Toyota yang menambah modal di Grab Holding Inc.
(Baca juga: Go-Jek Luncurkan Go-Daily, Layanan Pesan Antar Galon hingga LPG)