Bank Indonesia telah merilis izin bagi PT Veritra Sentosa Internasional sebagai penerbit uang elektronik Paytren. Pada Jumat (1/5) lalu, Yusuf Mansur sebagai pendiri perusahaan secara resmi merilis aplikasi yang sempat dibekukan oleh bank sentral tersebut.
Dalam acara yang digelar di peluncuran e-money Paytren di Pesantren Tahfidz Daarul Quran di Tangerang itu, Yusuf pun menyampaikan beberapa target yang ingin dicapainya. Yang terdekat adalah meningkatkan jumlah pengguna Paytren menjadi 10 juta orang pada akhir tahun ini.
“Itu bukan hal mustahil karena sebelum layanan kami dihentikan oleh Bank Indonesia, Paytren telah mengelola Rp 2,2 juta,” ujarnya.
Selain uang elektronik, Paytren juga memiliki bisnis manajemen aset melalui PT PayTren Asset Management. Yusuf menargetkan tahun ini dana kelolaannya bisa mencapai Rp 30 triliun per bulan. Ia pun bertekad akan membeli saham bank dan unicorn, sebutan untuk perusahaan startup yang nilainya di atas US$ 1 miliar.
“Insya Allah, kami siap beli-beli unicorn. Kami juga siap membeli 15 bank dalam kurang dari tiga tahun,” kata Yusuf Mansur.
Dengan model pengumpulan dana gotong royong seperti Paytren, cita-cita untuk membeli bank dan unicorn, menurut Yusuf Mansur, bukan hal mustahil. “Bulan lalu kami sudah membeli saham bank BRI Syariah.”
(Baca juga: Yusuf Mansur Beli 10-20 Persen Saham IPO BRI Syariah)
Yusuf punya hitungan sederhana. Bila anggota Paytren sudah mencapai 60 juta orang, dan tiap orang menyetorkan sekitar Rp 2 juta per tahun atau setara Rp 167 ribu per bulan, maka dana kelolaan perusahaan bisa mencapai Rp 120 triliun. Uang ini lah yang kemudian akan diinvestasikannya.
Yusuf merintis layanan Paytren sejak 2013. Pada September 2017 lalu, Bank Indonesia sempat membekukan fitur uang elektronik Paytren karena belum melengkapi izin, sementara dana kelolaannya telah melebihi Rp 1 triliun. Selain uang elektronik, Paytren juga memiliki lini bisnis manajemen aset yang telah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Peluncuran uang elektronik Paytren disambut baik oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Kehadiran Paytren, kata Rudiantara, bisa meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Target pemerintah, inklusi keuangan bisa mencapai 75%. “Sekarang inklusi keuangan di Indonesia hanya 36%,” ujar Rudiantara.