Petuah Kepala BKPM hingga Investor untuk Memulai Bisnis Digital

Katadata/Dewi Ulfasari
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong saat berpidato dalam Katadata Forum di Djakarta Theater, Selasa (9/5).
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
9/5/2018, 09.49 WIB

Keberhasilan Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka menjadi unicorn telah memancing hasrat banyak orang untuk membangun bisnis, khususnya di bidang digital. Tapi, apa yang diperlukan untuk membangun startup yang sukses?

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hingga CEO Triputra Group Arif P Rachmat memberikan petuah agar perusahaan rintisan (startup) bisa tumbuh dan bertahan.

Lembong menyebutkan tiga hal. Yang pertama perencanaan yang matang. Para pendiri startup harus punya gambaran manfaat atas produk dan seberapa cepat diadopsi masyarakat. Perlu juga dibuat proyeksi keuangan hingga 10 tahun ke depan. "Pengalaman saya, kita akan selalu menekankan likuiditas," kata Lembong dalam Katadata Forum di Djakarta Theater, Selasa (8/5).

(Baca juga: Targetkan Tambahan Unicorn, Kominfo Gelar NextICorn di Bali)

Kedua, memilih Sumber Daya Manusia (SDM) yang tepat. Seringkali, pebisnis menghadapi situasi sulit karena harus mengganti tenaga yang sudah tidak lagi relevan dengan tujuan bisnis dan perkembangan teknologi.

Ketiga, pendiri startup harus fleksibel. Menurut dia, produk yang selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat akan berujung pada solusi, sehingga selalu dibutuhkan.

Tak jauh berbeda dengan Lembong, Arif melihat suatu bisnis potensial untuk dibiayai atau tidak, dari sosok pendirinya. Setidaknya, ada tiga hal yang wajib dimiliki pendiri startup yakni integritas; grit atau perpaduan antara fokus pada tujuan, minat, dan keuletan; serta, sense of cognition yang lebih besar dibanding orang lain.

Sebagi investor, ia juga akan mengkaji produk yang ditawarkan startup. Ada tiga hal yang diperhatikan yaitu manfaat, terutama upaya mendorong efisiensi di masyarakat dan customer experience. “Saya investasi di agritech, tapi susah sekali karena petani itu sulit pakai smartphone," ujar dia.

(Baca juga: Gaya Hidup Milenial jadi Magnet Bisnis Digital)

Akademisi Prasetya Mulya Business School Niko Fernando Samad pun berbagi pengalamannya menjadi mentor bagi mahasiswa yang membangun startup. Biasanya, persoalan yang dihadapi mahasiswa sambil berbisnis adalah membagi waktu. Oleh karenanya, membangun bisnis harus didukung oleh tim yang solid. Setidaknya butuh teman dengan tiga tipe yaitu hipster, hustler, dan hacker.

Selain itu, para pemula biasanya belum memvalidasi produknya. Padahal validasi atas produk ini perlu guna mengetahui minat tidaknya masyarakat. Ada juga yang mengikuti jejak startup sukses, namun tidak memiliki pembeda. "Kalau Anda ikut-ikutan, tapi tidak ada competitive advantage, Anda akan ada di urutan kesekian," kata dia.

Reporter: Desy Setyowati