Xiaomi berjanji untuk hanya mengambil untung maksimal 5% dari penjualan perangkat keras, termasuk telepon seluler (ponsel). Langkah yang oleh CEO Xiaomi Lei Jun diklaim untuk mewujudkan visi "inovasi untuk semua orang" ini dikritik sebagai strategi marketing belaka.
“Sejak awal, kami memulai misi besar untuk mencapai inovasi, kualitas, desain, pengalaman pengguna dan peningkatan efisiensi, untuk menyediakan produk dan layanan teknologi terbaik dengan harga terjangkau,” kata CEO Xiaomi Lei Jun melalui siaran persnya, Selasa (1/5).
Xiaomi membuat pengumuman ini pada peluncuran smartphone terbaru Mi 6X, yang merupakan contoh nyata dari komitmen tersebut. Untuk 1.599 yuan atau sekitar Rp 3,5 jutaan, Mi 6X diperkuat oleh Qualcomm Snapdragon 660, dual kamera 20MP, dan software AI terbaru untuk foto portrait yang indah - spesifikasi yang biasanya hanya tersedia di smartphone dalam kategori 3.000 yuan atau sekitar Rp6,5 jutaan.
(Baca juga: Registrasi SIM Card Disebut Menggerus Laba Perusahaan Telekomunikasi)
Adapun keuntungan minim ini berlaku untuk penjualan seluruh perangkat keras seperti ponsel pintar (smartphone), wearable computer, speaker dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), hingga perlengkapan rumah tangga.
“Saat kami meresmikan prinsip dasar Xiaomi ini, kami melakukannya dengan keyakinan bahwa strategi kami untuk memberikan akses internet kepada para pengguna akan memungkinkan kami untuk berekspansi lebih jauh di Asia, Eropa, dan di seluruh dunia,” kata Lei Jun.
Toh pasar menyambut pernyataan Xiaomi tersebut dengan skeptis. Analis China Merchants Securities Richard Ko menilai pernyataan Lei tersebut adalah strategi pemasaran semata.
(Baca juga: Tujuh Isu Besar Ekonomi Digital: Keamanan Data hingga Logistik)
Sebab, dengan persaingan yang semakin kompetitif, produsen ponsel kelas bawah hingga menengah memang sulit mengantongi untung besar. Hal ini tidak berlaku untuk merek-merek di kelas premium seperti Apple dan Samsung. "Luar biasa kalau perusahaan ponsel untung lebih dari 5%," ujarnya dikutip Nikkei.
Sebelumnya, Xiaomi yang berdiri April 2010 ini pun tercatat meraup keuntungan 100 miliar yuan atau setara US$ 15,9 miliar atau Rp 222 triliun atas penjualan pertama kali di tahun lalu.