Uber akhirnya resmi mengumumkan penjualan bisnis dan operasionalnya di Asia Tenggara kepada sang kompetitor, Grab.
Dengan kesepakatan ini, Grab berhak mengambil alih seluruh operasional Uber di kawasan Asia Tenggara, termasuk Uber Eats.
Dalam pernyataan resminya, Uber tidak menyebutkan nilai kesepakatan ini. Yang pasti, sebagai kompensasi, Uber kini menjadi pemegang 27,5% saham Grab.
Pengumuman ini juga mengakhiri rumor lama yang beredar mengenai rencana Uber dan Grab tersebut, yang sempat dibantah oleh CEO Dara Khosrowshahi saat berkunjung ke Asia beberapa waktu lalu.
(Baca juga: Aplikasi Ini Bandingkan Tarif Termurah Go-Jek, Grab dan Uber)
Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memang ladang bisnis yang menggiurkan untuk layanan transportasi online. Namun, sulitnya menghadapi kompetitor lokal seperti Grab dan Go-Jek sepertinya membuat mereka menyerah dan memutuskan untuk berfokus di kawasan lain, yakni Amerika, Eropa dan Australia.
Langkah ini juga bukan yang pertama kali dilakukan Uber. Sebelumnya, Uber juga pernah menjual bisnisnya di Tiongkok ke perusahaan transportasi online lokal, Didi Chuxing, pada 2016 lalu. Setelah itu, Uber juga menyerahkan bisnisnya di Rusia ke Yandex pada 2017. Yang mana, Softbank juga memiliki saham di Didi Chuxing dan Yandex.
Kabar akuisisi operasional Uber di Asia Tenggara oleh Grab pun tersiar sejak Softbank mengucurkan dana sebesar US$ 7,7 miliar dan menguasai 15% saham Uber. Softbank, yang juga investor Grab, kemudian membuka jalan untuk konsolidasi.
(Baca juga: Ada Kuota, Pemerintah Moratorium Penambahan Armada Taksi Online)
Dengan mundurnya Uber di Asia Tenggara, maka persaingan layanan transportasi online di Indonesia akan berpusat di dua pemain besar, Grab dan Go-Jek. Namun di luar negeri, Grab lebih unggul karena telah beroperasi di beberapa negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand.