Seakan tak ingin ketinggalan dengan investor asing, pemodal Indonesia akhirnya ikut menyuntikkan dana jumbo ke Go-Jek Indonesia. PT Astra International Tbk dan Grup Djarum dikabarkan menyetorkan modal sekitar Rp 3 triliun untuk perusahaan aplikasi transportasi berstatus unicorn tersebut (valuasi di atas US$ 1 miliar).
Informasi yang diperoleh Katadata.co.id, dua konglomerasi bisnis asal Indonesia itu tergabung dalam konsorsium beranggotakan puluhan investor yang menyuntikkan dana senilai US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 20 triliun) kepada Go-Jek. “Mayoritas investor asing, yang merupakan financial investor,” kata sumber itu.
Astra, perusahaan multisektor yang lini bisnis utamanya otomotif, disebut menyetorkan dana sekitar US$ 150-170 juta atau setara Rp 2,1 triliun (kurs Rp 13.300 per dolar AS). Adapun, Grup Djarum yang bergerak di berbagai sektor bisnis termasuk bisnis digital, dikabarkan menyuntikkan dana US$ 100-120 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Jika ditotal, suntikan dana dua pemodal lokal itu ke Go-Jek sekitar Rp 3 triliun hingga Rp 3,5 triliun.
Kabarnya, kesepakatan injeksi modal oleh konsorsium puluhan investor untuk Go-Jek itu sudah tercapai dan diteken belum lama ini. Namun, Public Relations Manager Go-Jek, Rini Widuri, enggan mengomentari kabar tersebut. “Kami tidak dapat mengomentari rumor yang berkembang di publik,” katanya kepada Katadata, Selasa (6/2).
(Baca juga: "Jalan Belakang" Temasek Mencengkeram Ekonomi Digital Indonesia)
Yang jelas, menurut dia, Go-Jek, melalui teknologi, selalu fokus pada pemberdayaan micro-entrepreneur dan UMKM untuk mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan Indonesia.
Sedangkan manajemen Global Digital Prima (GDP) Venture, perusahaan modal ventura Grup Djarum untuk mendanai perusahaan-perusahaan rintisan (startup), tidak mengkonfirmasi adanya suntikan dana ke Go-Jek. “Ini semua masih dalam proses, belum ada konfirmasi dari semua perusahaan yang lain juga,” kata Aeran Ismail, Head of Corporate Affairs GDP.
Sementara itu, Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti menolak mengkonfirmasi kabar tersebut. “Saya tidak mengomentari spekulasi di market,” katanya.
Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengungkapkan pemodal lokal juga punya antusiasme tinggi untuk berinvestasi di bisnis digital. "Tunggu sebentar lagi, pasti ada investor nasional yang masuk ke unicorn. Kalau investor lokal masuk itu akan menambah confident investor asing," katanya, Kamis pekan lalu (1/2).
Saat ini, Indonesia memiliki empat unicorn, yaitu Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Unicorn merujuk pada start-up dengan nilai mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 13,3 triliun. (Baca juga: Rudiantara Bocorkan Rencana Investor Lokal Suntik Modal Unicorn)
Namun, dalam kesempatan berbeda, Selasa (6/2), Rudiantara tidak bersedia mengkonfirmasi pernyataannya tersebut merujuk kepada suntikan modal Astra dan Djarum ke Go-Jek. “Tunggu saja, saya tidak bisa bicara karena itu transaksi bisnis.”
Selain Astra dan Djarum, sejumlah investor asing juga menyuntikkan dananya ke Go-Jek. Seperti dilansir Reuters, medio Januari lalu, investor asing itu antara lain Alphabet, induk perusahaan Google; Temasek Holdings asal Singapura; KKR & Co; Warburg Pincus LLC; dan platform online Tiongkok Meituan-Dianping.
Manajemen Google sudah mengakui adanya suntikan modal ke Go-Jek. “Investasi ini membuat kami dapat bekerja sama dengan perusahaan lokal terbaik di ekosistem startup yang berkembang di Indonesia,” kata Vice President Next Billion Users Team Google Caesar Sengupta, dikutip dari blog Google yang berjudul “Berinvestasi di Indonesia” pada 30 Januari lalu.
Menurut Rudiantara, masuknya pemodal besar seperti Google, Alibaba hingga Temasek menunjukkan tingginya kepercayaan korporasi global itu terhadap kinerja perusahaan digital di Indonesia. “Itu menunjukkan kepercayaan internasional terhadap sektor digital di Indonesia, karena kemudahan yang diberikan pemerintah," katanya.
Dengan pendanaan baru tersebut, valuasi Go-Jek ditaksir mencapai US$ 4 miliar (Rp 53,3 triliun). Sebelumnya, perusahaan yang semula berbisnis aplikasi ojek secara online hingga berkembang ke layanan jasa keuangan secara digital ini, juga mendapatkan modal dari berbagai investor asing. Di antaranya adalah raksasa teknologi asal Tiongkok, Tencent, yang menurut Reuters menyuntikkan dana sekitar US$ 100-150 juta. Tahun lalu, JD.com Inc juga menginvestasikan sekitar US$ 100 juta di Go-Jek.
(REVISI: Ada koreksi pada paragraf terakhir artikel ini mengenai nilai investasi Tencent di Go-Jek).