Go-Jek dikabarkan mendapatkan investasi baru senilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 16 triliun dari Tencent. Tech Crunch menyebut bahwa investasi dari raksasa teknologi asal Tiongkok itu masuk pada April 2017 lalu.

Dengan investasi baru tersebut, valuasi Go-Jek meroket jadi US$ 3 miliar atau hampir Rp 40 triliun.

Ketika dikonfirmasi soal kabar tersebut, Chief Executive Officer (CEO) dan Founder Go-Jek Nadiem Makarim tidak membantah. Meski, ia juga tak memberikan jawaban pasti. “No comment,” kata Nadiem di kantornya, Selasa (9/5).

(Baca juga:  Pengemudi Go-Jek Kini Dapat Fasilitas KPR, Tabungan Haji dan Umroh)

Dalam terbitannya pada Kamis (4/5) lalu, Tech Crunch menyebut valuasi Go-Jek kian melambung, sebab pada Agustus 2016 lalu Go-Jek juga mendapat suntikan investasi sebesar US$ 550 juta.

Dana setara Rp 7,3 triliun itu datang dari sejumlah perusahaan investasi seperti KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets. Uang itu tahun lalu telah digunakan untuk memperbesar skala operasi Go-Jek, termasuk dengan menambah beberapa fitur pada aplikasinya.

Di Indonesia, Go-Jek bersaing ketat dengan penyedia layanan on demand lainnya seperti Uber dan Grab. Uber tahun lalu mendapat suntikan US$ 8 miliar atau setara Rp 106 triliun dari berbagai investor, dengan demikian valuasi Uber mencapai US$ 60 miliar.

(Baca juga: Pendapatan Pengemudi Go-Jek di Atas Rata-rata Upah Minimum Nasional)

Sementara Grab dilaporkan tengah mengupayakan investasi baru senilai US$ 1,5 miliar. Jika sukses, maka investasi tersebut akan menambah valuasi Grab yang ada di angka US$ 3 miliar atau setara Rp 40 triliun pada September 2016.

Berdasarkan laporan Google, pasar  ride-sharing di Indonesia diprediksi tumbuh dari US$ 2,5 miliar pada 2015 jadi US$ 13 miliar pada 2025.

Reporter: Muhammad Firman