Industri perfilman Tanah Air kembali berjaya. Sejumlah bioskop banjir pengunjung. Prestasi tersebut menarik perusahaan penjualan tiket pertunjukan asal India, BookMyShow, untuk ikut ambil bagian. Pada pekan lalu, startup yang didirikan di Mumbai pada 2007 itu meluncurkan layanannya di Indonesia. Melalui situsnya, para pengguna bisa membeli tiket secara online serta melihat peringkat film.

“Kami melihat adanya peluang yang sangat besar pada sinema di Indonesia,” kata salah seorang pendiri BookMyShow Indonesia, Sudhir Syal, seperti dilansir TechinAsia, Jumat, 3 Juni 2016. (Baca: Bekraf dan OJK Kaji Aturan Dana Crowdfunding untuk Usaha Startup).

Menurutnya, saat ini Indonesia hanya memiliki 0,2 layar film per seribu orang. Sementara di India ada satu hingga dua layar untuk seribu orang. Malaysia bahkan mempunyai rasio lebih besar, yaitu 1,2. Hal ini menunjukkan, kata Sudhir, Indonesia, terutama kota-kota kecil, kekurangan bioskop dan hiburan. Dia berharap jumlah bioskop kecil bisa bertambah bukan hanya di kota-kota besar.

Awal tahun ini, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana pembukaan peluang investasi asing untuk bioskop dan industri perfilman. Sudhir pun menilai jumlah penggemar film Indonesia akan tumbuh dalam beberapa tahun mendatang.

Karenanya ia ingin ambil bagian dalam kebangkitan industri film Indonesia. Sudhir mengatakan baru 5 persen dari penonton film bioskop yang membeli tiket secara online. Selebihnya, masih mengantre di loket. Di India, jumlah para penonton yang memesan tiket secara online enam kali lipatnya, mencapai 30 persen. (Baca: Enam Startup Indonesia Lolos Program Launchpad Google)

“Itulah alasan kami ada di sini, untuk meningkatkan 5 menjadi 30 persen,” ujar Sudhir. Setelah menjalankan startup tersebut di India sejak sembilan tahun lalu, ia melihat adanya peningkatan okupansi bioskop hingga tujuh persen. Meski terlihat kecil, kenaikan satu persen sangat berarti untuk bioskop, karena satu penonton juga memiliki potensi kontribusi terhadap penjualan makanan dan minuman.

Dalam menjalankan BookMyShow di Indonesia, Sudhir menggandeng rekannya, Karan Kethan. Karan sebelumnya menggerakkan portal properti bernama Lamudi dengan dukungan Rocket Internet. Karan dan Sudhir bertemu di sebuah sekolah bisnis Singapura sebelum meluncurkan startup tersebut di Indonesia.

Sekarang, mereka mempekerjakan 20 orang dan berkeliling Indonesia untuk merasakan pengalaman menonton bioskop di berbagai kota kecil. Sudhir dan Karan menguji coba situs pemesanan tiket online-nya di kota-kota kecil seperti Kediri dan Tulungagung, Jawa Timur.

Di dua kota tersebut, mereka berhasil menjual seribu tiket film Captain America melalui kerjasama dengan bioskop setempat. “Para penonton di sana baru pertama kali membeli tiket secara online,” ujarnya.

Bioskop lokal juga hanya memanfaatkan iklan digital serta outdoor. Iklan luar ruang ini sukses membawa pertumbuhan penonton dengan signifikan. Hal ini tidak bisa dikerjakan online di daerah. Situasi ini sebagai pelajaran berharga untuk menjangkau penonton di kota kecil. (Baca: Presiden Siapkan Anggaran Riset Pengembangan Startup)

Sekarang, BookMyShow menggandeng empat perusahaan besar bioskop, yaitu CGV Blitz, Platinum Cineplex, Golden Theater dan New Star Cineplex. Sudhir menyatakan menonton di bioskop Indonesia sangat menyenangkan dengan tempat yang bersih dan pemutaran film tepat waktu. Namun, situs maupun aplikasi bioskop masih belum dikembangkan maksimal.

BookMyShow melihat sekarang waktu yang tepat untuk mengisi kekosongan tersebut. “Seperti halnya Traveloka yang menjual tiket secara online lebih baik dibanding Lion Air,” ujar Sudhir.

Ia pun menyadari adanya persaingan dengan Go-Jek, yang menyediakan fitur serupa. Namun, Sudhir optimistis dengan eksistensi startup-nya, dengan pengalaman bertahun-tahun.