CEO SoftBank Menyesal Investasi Ratusan Triliun di Startup Wework

123RF.com/Tupungato
CEO SoftBank Masayoshi Son menganggap kebodohan pernah berinvestasi ratusan triliun di startup co-working space, WeWork.
Editor: Yuliawati
19/5/2020, 17.18 WIB

CEO SoftBank Masayoshi Son menyesal dan menganggapnya kebodohannya pernah berinvestasi US$ 18,5 miliar atau sekitar Rp 274 triliun di startup co-working space, WeWork. Anjloknya valuasi startup ini telah membuat SoftBank mengalami kerugian besar.

"Bodoh sekali saya berinvestasi di WeWork. Saya salah," ujar Son dikutip dari Business Insider, Senin (18/5).

WeWork pernah menjadi 'anak emas' alias kebanggaan SoftBank. Perusahaan investasi asal Jepang ini sangat dermawan menyuntikkan dana ke WeWork demi mengejar pertumbuhan bisnis.

Namun, startup 'emas' kebanggaan SoftBank ini mengalami kesulitan keuangan setelah batal melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) tahun lalu.

(Baca: Pertama Kali dalam 15 Tahun SoftBank Rugi Rp 132 T, Jack Ma Mundur)

Adapun SoftBank melaporkan rugi bersih tahun fiskal 2019 sebesar US$ 8,9 miliar atau sekitar Rp 132 triliun. Kerugian yang ditanggung investor Grab dan Tokopedia ini pertama kalinya terjadi dalam 15 tahun terakhir.

Kerugian tersebut lebih besar dari prediksi awal perusahaan, sebesar US$ 8,4 miliar. Hal ini terjadi karena kinerja investasi, termasuk Vision Fund memburuk akibat pandemi corona.

Vision Fund melaporkan kerugian operasional 1,36 triliun yen atau sekitar US$ 12,6 miliar (Rp 189,8 triliun). "Apabila pandemi virus corona berlanjut, perusahaan membuat ketidakpastian pada bisnis investasi selama satu tahun fiskal berikutnya," ujar SoftBank dikutip dari AFP, kemarin (18/5).

(Baca: Rugi Rp 189,8 Triliun, Anak Usaha SoftBank Gagal Dapat Pendanaan)

Pada akhir pekan lalu, SoftBank membeli ¥ 250,6 miliar dari sahamnya sendiri sejak 13 Maret. Sekitar setengah dari anggaran ¥ 500 miliar digunakan untuk buyback.

Masayoshi Son sempat mengumumkan bahwa perusahaan akan menjual aset US$ 41 miliar atau sekitar Rp 665 triliun untuk melakukan pembelian saham kembali (buyback) dan membayar utang. Di tengah upaya tersebut, lembaga pemeringkat internasional Moody’s justru menurunkan peringkat utang SoftBank.

"Pengumuman pembelian kembali (buyback) merupakan kejutan, mengingat banyaknya harapan rendah dan berita buruk," kata Kepala penelitian Asia di United First Partners Justin Tang dikutip dari Japan Times, Selasa (19/5).

Pandemi corona kemungkinan dapat terus menghancurkan taruhan terbesar SoftBank. Perlu diketahui, perusahaan yang didukung SoftBank termasuk OYO, Uber, Zume, dan WeWork telah mem-PHK lebih dari 8.000 orang sejak Januari lalu.

(Baca: Luhut Sebut Dana Softbank Bukan untuk Kantor Presiden di Ibu Kota Baru)

Reporter: Cindy Mutia Annur