Latvia jadi Negara Pertama Pengguna Alat Deteksi Corona Google & Apple

ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Ilustrasi. Apple dan Google sebelumnya telah memastikan pengembangan perangkat lunak pendeteksi corona besutan mereka telah disetujui oleh otoritas kesehatan.
Editor: Agustiyanti
26/5/2020, 11.06 WIB

Alat deteksi virus corona buatan Google dan Apple siap diluncurkan di Latvia. Negara di Eropa bagian utara ini ditunjuk sebagai lokasi pertama peluncuran aplikasi yang akan membantu melacak kontak pasien positif virus corona.

Singapura dan Australia, serta beberapa negara lain saat ini sudah menerapkan alat pelacakan serupa. Namun, alat deteksi tersebut dinilai masih setengah-setengah menjalankan tugasknya lantaran iPhone tidak mendukung aplikasi tersebut untuk menggunakan radio jarak pendek Bluetooth mereka untuk mengukur risiko infeksi.

Sementara aplikasi Apturi Covid atau Setop Covid yang akan digunakan di Latvia didasarkan pada teknologi yang diluncurkan minggu lalu oleh Apple dan Google. Sistem operasi iOS dan Android saat ini digunakan oleh 99% dari smartphone dunia.

"Para pengembang percaya bahwa ketergantungan pada standar ini akan memastikan adopsi luas dan juga kompatibilitas dari waktu ke waktu dengan aplikasi pelacakan kontak di seluruh dunia yang juga diharapkan untuk mengadopsi kerangka pemberitahuan paparan yang sama," ujar pengembang aplikasi tersebut dikutip dari Reuters, Minggu (25/5).

Pada tahap awal,a plikasi ini rencananya hanya akan berfungsi di negara Baltik dengan penduduk kurang dari 2 juta orang tersebut. Kendati demikian, perbatasan antarnegara yang longgar dengan Jerman, Swiss, dan Estonia, memungkinkan aplikasi nasional ini digunakan dilintas perbatasan dengan negara-negara tersebut.

(Baca: WHO: Gelombang Pertama Corona Belum Usai, Puncak Kedua Mungkin Terjadi)

Seperti roaming seluler, interoperabilitas semacam itu akan memungkinkan aplikasi bekerja ketika pengguna bepergian ke luar negeri. Ini kian memberi pemerintah kepercayaan diri untuk meringankan pembatasan perjalanan di tengah ancaman gelombang pandemi kedua.

Apple dan Google sebelumnya telah memastikan, pengembangan perangkat lunak ini disetujui oleh otoritas kesehatan. Kedua perusahaan juga sudah merampingkan perbedaan teknis antara perangkat iPhone milik Apple dan Android kepunyaan Google.

Nantinya, ponsel pengguna yang dilengkapi dengan perangkat lunak tersebut akan memancarkan sinyal Bluetooth unik. Ponsel dalam jarak enam kaki atau dua meter dapat merekam informasi anonim tentang pertemuan pengguna dengan pengguna lain.

Pasien positif corona dapat memilih daftar telepon terenkripsi dan mengirimnya ke Apple dan Google. Dengan begitu, pengguna yang sempat kontak dengan pasien akan mendapat peringatan terkait potensi terpapar Covid-19.

Alhasil, pengguna yang bersangkutan bisa mencari informasi lebih lanjut terkait risiko terinfeksi virus corona. Adapun otoritas kesehatan masyarakat juga harus memastikan bahwa seseorang memang benar positif Covid-19, sebelum mengirimkan datanya.

(Baca: Jelang New Normal, 64 Mal di Jakarta Siap Dibuka Mulai 5 Juni)

Apple dan Google mengatakan, catatan pengguna akan diacak untuk menjaga anonim data individu yang terinfeksi. Selain itu, sistem pelacakan kontak tidak akan melacak lokasi GPS.

Para pakar kesehatan mengatakan, software Apple dan Google itu memungkinkan individu yang berpotensi terinfeksi Covid-19 untuk sesegera mungkin memeriksakan diri. Dengan begitu, bisa meminimalkan penyebaran pandemi corona.

"Dengan Apple dan Google, Anda mendapatkan semua fungsi kesehatan masyarakat yang Anda butuhkan dengan aplikasi terdesentralisasi dan ramah privasi," ujar dosen hukum University College London Michael Veale.

Berdasarkan data Worldometers.info, total kasus virus corona di Latvia tercatat sebanyak 1.049 dengan 22 orang meninggal dunia. Sementara tingkat pengetesan di negara berpenduduk 1,88 juta orang ini mencapai 99.770. 

Reporter: Cindy Mutia Annur