Strategi Grab Jaga Pendapatan Mitra Pengemudi di Tengah Pandemi Corona

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, driver Grab di kawasan Pinang Ranti, Jakarta TImur (9/4/2018).
Penulis: Desy Setyowati
12/6/2020, 16.47 WIB

Pendapatan pengemudi taksi dan ojek online anjlok akibat pandemi corona. Grab menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga pendapatan mitra, khususnya menjelang fase normal baru (new normal).

Salah satu caranya dengan menerapkan program Grab Protect. Di antaranya dengan menyediakan hand sanitizer, masker, hairnset, partisi hingga stasiun sanitasi untuk disinfeksi kendaraan.

Itu bertujuan agar mitra pengemudi bisa mengangkut penumpang, dengan tetap berupaya mencegah penularan virus corona. Grab pun menyediakan dana khusus untuk penanganan pandemi corona.

“Secara keseluruhan, semua inisiatif, termasuk kami membantu pemerintah, alokasi yang disiapkan Rp 260 miliar di Indonesia,” kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi saat wawancara khusus secara virtual, Jumat (12/6).

(Baca: Strategi Gojek dan Grab Antisipasi Skenario Terburuk Pandemi Corona)

Selain itu, Grab meluncurkan platform khusus untuk mendukung bisnis GrabMerchant. Layanan business to business (BtoB) yang menyasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini dinilai bisa menambah pendapatan mitra pengemudi, dari sisi logistik.

Saat masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun Grab mendorong layanan GrabMart. Ini untuk meningkatkan permintaan layanan pengiriman barang atau makanan oleh mitra GrabBike, ketika tak diperbolehkan mengangkut penumpang.

Untuk meningkatkan permintaan, Grab juga meluncurkan Grab Assistant. “Ini juga untuk membantu mitra pengemudi mendapat demand selain dari penumpang. Jadi kami terus berinovasi,” kata Neneng.

(Baca: Siasat Masuk Normal Baru, Grab Luncurkan Aplikasi Khusus untuk UMKM)

Sebelumnya, Co-founder Grab Tan Hooi Ling menyampaikan bahwa pendapatan dari layanan pesan-antar makanan GrabFood meningkat. Namun, order jasa berbagi tumpangan baik GrabBike maupun GrabCar turun drastis.

Secara keseluruhan, “pendapatan lebih rendah dibanding sebelum adanya pandemi Covid-19,” ujar Ling dikutip dari Reuters, beberapa waktu lalu (14/5). "Selama ini, kami sedang mempersiapkan skenario terburuk, yang berpotensi menjadi ‘musim dingin’ yang sangat panjang."

Perusahaan penyedia layanan on-demand itu juga berfokus mendorong transaksi. Salah satunya, memperluas layanan GrabMart dan GrabAssistant. Sebab, permintaan layanan ini meningkat di tengah kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah.

Di Malaysia dan Singapura, pengemudi GrabCar bahkan diperbolehkan menyediakan layanan GrabFood, GrabMart, dan GrabExpress. (Baca: Ada Pandemi, CEO Grab: Likuiditas Cukup untuk Melewati Resesi 3 Tahun)

Langkah-langkah tersebut dilakukan Grab untuk mengimbangi penurunan permintaan layanan GrabBike dan GrabCar. "Covid-19 merupakan krisis tunggal terbesar yang mempengaruhi Grab dalam delapan tahun keberadaan kami," kata CEO Grab Anthony Tan dikutip dari Bloomberg pada April lalu (20/4).

Berdasarkan catatan Gabungan Aksi Roda Dua (Garda), permintaan layanan ojek online turun 60-70% secara keseluruhan akibat pandemi Covid-19. Untuk wilayah yang memberlakukan PSBB, penurunannya bahkan mencapai 80-90%. 

Namun, layanan pesan-antar makanan seperti GoFood dan GrabFood meningkat 10-20%. Sedangkan permintaan layanan pengiriman barang naik sekitar 10%.

Setelah DKI Jakarta menerapkan PSBB masa transisi, pendapatan pengemudi ojek online meningkat. “Hari pertama naik 5%. Kedua, permintaan meningkat 10-15%,” kata Ketua Presidium Garda Igun Wicaksono kepada Katadata.co.id, Kamis (11/6).

(Baca: Grab Klaim Kucurkan Rp 625,6 Miliar Bantu Pengemudi Terdampak Pandemi)

Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan