Raksasa media sosial Facebook akhirnya melarang konten iklan yang mengandung ujaran kebencian dan perpecahan rasial. Keputusan ini dibuat setelah terjadi aksi boikot dari banyak perusahaan besar, termasuk Unilever dan Coca-Cola.
Dalam aturan barunya, Facebook melarang konten iklan yang berisi klaim atas orang dari ras, etnis, kebangsaan, agama, kasta, orientasi seksual, gender, atau status imigrasi tertentu yang mengarah kepada ancaman fisik, kesehatan, atau kelangsungan hidup.
Dengan begitu, iklan yang menghina imigran dan pengungsi dilarang tampil di media sosial (medsos) tersebut. “Facebook tetap memberikan suara kepada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki banyak suara atau kekuatan untuk berbagi pengalaman mereka,” kata pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, Minggu (28/6), dikutip dari The Verge.
(Baca: Pendukung Trump Ajak Migrasi dari Twitter-Facebook ke Medsos Parler)
Kebijakan ini juga dilakukan untuk mengantisipasi pemilu presiden di Amerika Serikat pada November 2020. Facebook berencana memantau unggahan-unggahan dalam kurun waktu 72 jam sebelum pemilu secara ketat demi menghindari konten yang mengarah kepada intimidasi atau informasi menyesatkan.
Sejumlah perusahaan besar sebelumnya melakukan aksi boikot memasang iklan di Facebook. Mereka menilai laman media sosial ini tak tegas menindak unggahan dan iklan berisi ujaran kebencian. Salah satunya adalah cuitan Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu lalu.
Boikot ini pun seiring dengan kampanye Stop Hate for Profit alias Hentikan Kebencian demi Keuntungan. Inisiatornya adalah NAACP, Color of Change, the Anti-Defamation League, Sleeping Giants, Free Press, dan Common Sense Media. Mereka yang tergabung dalam kampanye ini menilai Twitter lebih sigap melabeli cuitan Trump yang mengarah kepada ujaran kebencian.
(Baca: Trump Minta Facebook-Twitter Atasi Demonstran yang Ajak Kerusuhan)
Melansir Yahoo! News, Kamis lalu, gerakan ini berharap Facebook akan mengubah cara pendekatannya terkait unggahan berisi ujaran kebencian, hoaks, dan rasisme setelah boikot iklan dilakukan. Mengingat iklan adalah salah satu pemasukan utama Facebook.
Aksi boikot itu telah membuat kekayaan Zuckerberg melorot Rp 102 triliun dan saham Facebook anjlok 8,3% pada Jumat lalu. Penurunan harga saham menghilangkan US$ 56 miliar dari nilai pasar Facebook dan mendorong kekayaan bersih Zuckerberg turun menjadi US$ 82,3 miliar, melansir Bloomberg Billionaires Index.
Posisi CEO Facebook di deretan orang terkaya pun turun ke peringkat keempat dari sebelumnya di urutan ketiga. Berikut sebagian perusahaan yang bergabung dalam aksi boikot pasang iklan di media sosial tersebut:
(Baca: Diboikot Unilever hingga Coca-cola, Harta Bos Facebook Anjlok Rp 102 T)
1. Unilever
Perusahaan di balik merek-merek, seperti Dove, Lipton, dan Hellmann, menarik iklan tak hanya dari Facebook, tapi juga Twitter di AS selama sisa tahun ini. Melansir dari Washington Post, Unilever mengatakan bahwa pihaknya juga berencana menarik iklan dari Instagram, milik Facebook.
Langkah ini diambil setelah Patagonia, The North Face, dan Ben & Jerrys (anak usaha Unilever) melakukan boikot serupa. “Terus beriklan di platform ini sekarang tidak akan menambah nilai bagi orang dan masyarakat,” tulis Unilever dalam sebuah pernyataan tertulisnya.
(Baca: Diboikot Brand Besar, Facebook Akhirnya Larang Iklan Ujaran Kebencian)
2. Coca-Cola
Raksasa minuman bersoda, Coca-Cola, akan menghentikan semua iklan digitalnya di platform media sosial secara global selama 30 hari mulai 1 Juli 2020. “Kami akan menggunakan waktu ini untuk menilai kembali standar dan kebijakan periklanan kami serta menentukan apakah revisi diperlukan secara internal,” demikian pernyataan tertulis perusahaan pada Jumat malam lalu, dikutip dari The Verge.
Perusahaan mengharapkan mitra media sosialnya untuk menghilangkan platform ujaran kebencian, kekerasan, dan konten yang tidak pantas. “Kami akan memberi tahu mereka bahwa kami mengharapkan akuntabilitas, tindakan, dan transparansi yang lebih besar dari mereka,” tulis Coca-Cola.
(Baca: Digugat soal Privasi, Google Hapus Otomatis Riwayat Pencarian Pengguna)
3. Hershey
Perusahaan di belakang merek coklat Kisses dan Kit-Kat ini akan memangkas iklan di Facebook sebesar sepertiga dari sisa tahun ini. Chief Marketing Officer The Hersey Co, Jill Baskin, mengatakan kecewa dan tidak puas dengan cara media sosial itu mengelola ujaran kebecian yang memecah-belah banyak orang.
"Kami tidak percaya bahwa Facebook secara efektif mengelola pidato yang keras dan memecah-belah di platform mereka," kata Baskin. "Meskipun pernyataan berulang oleh Facebook untuk mengambil tindakan, kami belum melihat perubahan yang berarti."
(Baca: Dianggap ‘Perilaku Kasar’, Twitter Sembunyikan Lagi Cuitan Trump)
4. Pepsi
Fox Business melaporkan PepsiCo Inc menarik iklan dari Facebook secara diam-diam. Langkah ini dapat berdampak besar ke media sosial itu. Pasalnya, Pepsi menghabiskan US$ 2,6 miliar per tahun untuk pemeasaran, promosi, dan perikalanan. Selama beberapa tahun terakhir perusahaan minuman soda itu mendedikasikan sebagian besar uangnya untuk platform seperti Facebook.
(Baca: Google, Facebook, Twitter Kembali Lawan Trump soal Pekerja Asing)
5. Goodby Silverstein
Perusahaan periklanan besar ini juga mengumumkan akan bergabung dalam kampanye #StopHateForProfit dan berhenti beriklan di Facebook. “Kami mengambil tindakan ini utnuk memprotes penyebaran kebencian yang tidak bertanggung jawab, rasisme, dan informasi yang menyesatkan. Kami mendorong klien dan orang-orang kami untuk bergabung,” tulis perusahaan dalam akun Twitter-nya.
Melansir dari CNBC, Goodby Silverstein merupakan agensi iklan besar pertama yang bergabung dengan kampanye ini. Kliennya termasuk BMW, HP, PayPal, Pepsi, Doritos, dan Adobe. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut belum menyatakan secara resmi bergabung dalam boikot tersebut.
(Baca: Riset: Pengguna Facebook & YouTube Percaya Teori Konspirasi Corona)