Virus corona menyebabkan 490 orang meninggal dunia dan 24.324 terinfeksi di Tiongkok per hari ini (5/2). Pandemi seperti ini beberapa kali terjadi dan berpengaruh terhadap pendanaan ke perusahaan swasta, termasuk startup. Asosiasi modal ventura menilai, penurunan investasi akibat virus corona perlu diwaspadai.
Virus Server Acute Respiratory Syndrome (SARS) misalnya, pernah mewabah di Guangdong, Tiongkok pada November 2002. Pandemi itu menyebabkan 774 orang meninggal dunia dan 8.098 terinfeksi di 26 negara.
Berdasarkan riset CB Insights, pendanaan ke perusahaan swasta (private market funding) di Asia menurun 27% pada 2003 dibanding 2002. Penurunan itu berlanjut pada 2004, 29% dibanding 2002 atau 3% dibanding 2003.
WHO baru mengumumkan Tiongkok bebas dari kasus SARS pada Mei 2004. Pendanaan ke swasta pun meningkat 56% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2005.
Pendanaan yang dimaksud berupa investasi langsung dari modal ventura (venture capital) maupun akuisisi atau merger. (Baca: Menko Airlangga: Virus Corona Ganggu Industri Farmasi & Pariwisata)
Penurunan pendanaan ke perusahaan swasta juga terjadi ketika Zika mewabah di Brasil pada 2005. Pandemi itu menyebar ke seluruh Amerika Selatan, termasuk Amerika Serikat.
Saat itu, pendanaan ke swasta hanya tumbuh 5% pada 2005. Lalu, nilainya menurun 49% yoy pada 2016. Kemudian investasinya naik 404% pada 2017 atau ketika kasus Zika tidak ada lagi.
Kini, virus corona merebak dan belum ada studi terkait dampaknya terhadap pendanaan ke swasta termasuk startup. “Tetapi, kita harus tetap waspada dan antisipasi tentunya,” kata Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) Jefri Sirait kepada Katadata.co.id, kemarin (4/2).
Dari sisi pendanaan, kata dia, perlu ada kajian terkait rerata besaran investasi yang masuk dari Tiongkok ke Indonesia. Selain itu, perlu diperhitungkan seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu terhadap Indonesia.
Beberapa startup di Tanah Air juga mengimpor perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) dari Negeri Panda. (Baca: Makin Melambat, Ekonomi RI Kuartal IV 2019 Hanya Tumbuh 4,97%)
Mengingat perlunya kajian mendalam terkait hal-hal tersebut, ia belum bisa berkomentar banyak perihal dampak virus corona terhadap investasi startup Tanah Air. Namun, ia mengingatkan bahwa pandemi ini perlu diantisipasi dampaknya.
Sekadar informasi, pendanaan yang dihimpun startup Tiongkok turun 44% yoy pada 2019, berdasarkan data CVSource, dikutip dari Tech In Asia . Hal itu disebabkan oleh perang dagang AS dan Tiongkok.
Kini, Negeri Tirai Bambu kembali dihadapkan pada kasus virus corona. (Baca: Habiskan Rp 850 Triliun, Virus Corona Jadi Wabah Termahal di Dunia)
Berdasarkan data PwC dan CB Insights, pendanaan dari modal ventura secara global turun 16% secara kuartalan (quarter to quarter/qtoq) pada Kuartal IV 2019. Sedangkan nilai investasi yang masuk ke Asia turun dari US$ 16 miliar menjadi US$ 14 miliar secara kuartalan.
Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 menunjukkan, pendanaan yang diperoleh startup bidang digital ekonomi di Asia Tenggara mencapai US$ 7,6 miliar atau sekitar Rp 106,2 triliun per Semester I 2019. Di Indonesia, investasinya sebesar US$ 1,8 miliar atau Rp 23,8 triliun.
Joint Head, Investment Group Temasek Rohit Sipahimalani mengatakan, pendanaan itu didapat dari 124 kesepakatan. Rohit menilai, pertumbuhan pendanaan ke startup di Indonesia dan Vietnam merupakan yang terbesar di regional.
Hal itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital dan penetrasinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kedua negara yang juga tertinggi. “Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka,” kata Rohit saat konferensi pers di kantor Google, Jakarta, Oktober lalu (7/10).
(Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)