Sebelum Gojek, Malaysia Izinkan Startup Ojek Online Lokal Beroperasi

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Ilustrasi, pengemudi ojek online membawa penumpang melintas di kawasan Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/11/2019).
3/1/2020, 10.47 WIB

Pemerintah Malaysia membolehkan startup berbagi tumpangan (ride hailing) seperti Gojek dan Grab menguji coba layanan ojek online di Lembah Klang mulai tahun ini. Namun, perusahaan rintisan lokal, Dego Ride lebih dulu menjajal pasar di negara tersebut.

Sekitar 700 mitra pengemudi ojek online Dego Ride menyediakan layanan per Rabu (1/1) lalu. Namun, layanan itu baru bisa diakses di beberapa wilayah seperti Lembah Klang, Shah Alam, Putrajaya, dan Kuala Lumpur. 

Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Dego Ride Nabil Feisal Bamadhaj mengatakan, ada lebih dari 4 ribu orang yang mendaftar menjadi mitra pengemui. "Di bawah Dego Ride, pengemudi pria dan wanita akan melayani penumpang yang jenis kelaminnya sama,” kata dia dikutip dari Strait Times, Rabu (1/1) lalu.

Dego Ride mengenakan biaya RM3 atau sekitar Rp 10.167 untuk perjalanan minimal tiga kilometer (km). Setelah itu, jarak per kilometernya dikenakan tarif RM 1 atau sekitar Rp 3.389.

"Kami meminta lebih banyak pengendara wanita untuk bergabung, karena ada permintaan yang tinggi dari penumpang wanita untuk koneksi last-mile mereka," kata Nabil.

(Baca: Gojek Bisa Uji Coba Layanan Ojek Online di Malaysia pada Januari 2020)

Startup lokal itu sebenarnya sudah beroperasi sejak 2016. Namun, pemerintah Malaysia melarang layanan ojek online pada 2017. Sebab, jasa ini dinilai melanggar izin terkait penggunaan kendaraan pribadi dan Undang-undang (UU) Transportasi Jalan (APJ) 1987.

Nabil menjelaskan, sepeda motor 150 cc yang diizinkan untuk menyediakan layanan ojek online. Namun, kendaraan yang dimodifikasi tidak diperbolehkan.

Ia pun berharap perusahaannya dapat memperluas layanan ke negara lain dalam waktu dekat. (Baca: Sudah Hadir Sejak 2012, Grab Baru Luncurkan Ojek Online di Malaysia)

Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq Syed Abdul Rahman berharap, Dego Ride membuka lowongan pekerjaan bagi 5 ribu pemuda di negaranya. "Meskipun ini (pengemudi Dego Ride) bukan pekerjaan jangka panjang, tapi setidaknya itu bisa menjadi batu loncatan," katanya dikutip dari Bernama.

Beroperasinya Dego Ride merupakan bagian dari tahap uji konsep (proof of concept/POC) layanan ojek online yang dimulai Januari 2020. Uji konsep dilakukan selama enam bulan. Dengan uji layanan tersebut, perusahaan layanan on demand seperti Gojek bisa melakukan uji coba di Malaysia.

Uji konsep sejalan upaya Pemerintah Malaysia tengah menyusun aturan terkait ojek online seperti Dego Ride, Gojek, maupun Grab. Uji konsep itu akan memberikan gambaran terkait hal-hal apa saja yang perlu diatur dalam regulasi nantinya. Selama uji konsep, Gojek hingga Dego Ride bisa menyediakan layanan ojek online sesuai ketentuan. 

(Baca: Menteri Malaysia Ungkap Alasan Negaranya Butuh Gojek)

Gojek sebelumnya berupaya mengajukan perizinan untuk bisa beroperasi di Malaysia. Saat ini, perusahaan penyedia layanan on demand ini sudah hadir di Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam. Perusahaan Tanah Air ini juga sudah masuk Filipina lewat akuisisi Coins.ph. 

Begitu juga dengan Grab, yang akan meluncurkan program percontohan layanan ojek online di Malaysia di 2020 ini. Padahal, decacorn itu sudah ada di Malaysia sejak 2012. Grab berdiri di Malaysia dengan nama GrabTaxi pada 2012 karena ojek online memang tidak diperbolehkan di Malaysia.

Grab sudah menyiapkan program percontohan itu sejak akhir tahun lalu. Layanan juga akan mencakup pengiriman makanan atau GrabFood.

(Baca: Gojek Ungkap Tantangan Ekspansi ke Thailand hingga Malaysia)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan